follow me

newbie

still study

harap maklum


Konversi Naskah dan Penyuntingan

 

Konversi Naskah dan Penyuntingan

  1. 1.            Konversi Naskah

Konversi naskah adalah Penulisan naskah karangan ilmiah berdasarkan kebiasaan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati. Kelaziman dan kesepakatan ini cenderung menjadi aturan baku yang digunakan oleh para akademisi di perguruan tinggi. Namun, penulisan karya ilmiah tidak sebatas pada kegiatan akademis di perguruan tinggi. Para profesional dalam berbagai bidang disiplin ilmu yang bekerja di berbagai lembaga pemerintahan dan swasta, baik di dalam maupun di luar negeri cenderung menggunakan model naskah yang sudah lazim atau berdasarkan konversi.

Konversi naskah yang sudah lazim mencakup aturan pengetikan, pengorganisasian materi utama, pengorganisasian meteri pelengkap, bahasa, dan kelengkapan penulisan lainnya.

  1. 2.            Pengetikan

Persyaratan pengetikan teks karya ilmiah mencakup penggunaan kertas, batas margin, spasi, bentuk, dan ukuran huruf.

1)             Kertas pilih satu dari dua jenis ukuran berikut ini.

(1)     Kertas berukuran kuarto (21,59 x 27,94 cm) atau letter pada microsoftwords. Setiap lembar kertas diketik satu sisi halaman dan tidak bolak-balik.

(2)     Kertas berukuran A4 (21 x 29,7 cm) atau format A4 pada microsoftwords. Setiap lembar kertas diketik pada satu sisi halaman.

2)             Pengetikan:

(1)     Batas margin kertas pias dari tepi atas 4 cm, kiri 4 cm, bawah 3 cm, dan kanan 3 cm atau mengikuti sistem komputer.

(2)     Naskah ditulis dengan huruf pika, arial atau times new roman pada MS Word komputer; judul diketik dengan font 16 s.d. 20 atau disesuaikan dengan panjang-pendek judul jika panjang menggunakan huruf yang lebih kecil dengan mempertimbangkan estetika penempilan.

(3)     Margin kiri-kanan diusahakan lurus, tanpa merusak kaidah bahasa, pemenggalan kata, serta memperhatikan tanda baca hubung, dan jarak antar kata. Jarak tajuk atau judul bab dari tepi kertas sebelah atas 6,5 cm atau 3 cm dari margin atas.

(4)     Jarak spasi: jarak antar basis dua spasi, jarak antar paragraf tiga spasi, jarak antara teks dan contoh tiga spasi, jarak antara tajuk dan uraian empat spasi, jarak antara uraian dan subjudul di bawahnya tiga spasi.

  1. 3.            Pengorganisasian Kerangan

Pengorganisasian karangan adalah penyusunan seluruh unsur karangan menjadi satu kesatuan karangan dengan berdasarkan persyaratan formal kebahasaan yang baik, cermat, logis; penguasaan, wawasan keilmuan bidang kajian yang ditulis secara memadai; dan format pengetikan yang sistematis.

Unsur Karangan Ilmiah:

Karangan ilmiah terdiri atas unsur-unsur sebagai berukut.

Pelengkap Pendahuluan

Judul sampul

Halaman judul

Halaman persembahan (kalau ada)

Halaman pengesahan (kalau ada)

Kata Pengantar

Abstrak

Daftar Isi

Daftar Gambar

Daftar Tabel

Inti Karangan/Bagian Utama Karangan

Pendahuluan

Bagian Utama

Kesimpulan

Palengkap Simpulan

Daftar Pustaka

Lampiran

Indeks

Riwayat Hidup Penulis

  1. 4.            Pelengkap Pendahuluan

4.1.       Halaman Sampul dan Halaman Judul

  1. Judul atau nama karangan. Halaman judul mencantunkan nama karangan, penjelasan adanya tugas, nama pengarang, kelengkapan identitas pengarang (nomor induk/registrasi, kelas, nomor absen), nama unit studi (unit kerja), mana lembaga (jurusan, fakultas, universitas) nama kota, dan tahun penulisan.
  2. Untuk memberikan daya tarik pembaca, penyusunan judul perlu memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut.

(1)     Judul menggambarkan keseluruhan isi karangan.

(2)     Judul harus menarik pembaca beik makna maupun penulisannya.

(3)     Sampul: nama karangan, penulis, penerbit.

(4)     Halaman judul: nama karangan, penjelasan adanya tugas, penulis, dan penerbit.

(5)     Seluruh frasa ditulis pada posisi tengah secara simetris (karangan formal), atau model lurus pada margin kiri (untuk karagan tidak terlalu formal).

(6)     Judul menggambarkan seluruh isi karangan.

(7)     Judul harus menarik pembaca baik makna maupun penulisannya.

(8)     Sampul: nama karangan, penulis, penerbit.

(9)     Halaman judul: nama karangan, penjelasan adanya tugas, penulis, dan penerbit.

(10) Bagian-bagian yang tertulis pada halaman judul:

  1. Judul: diketik dengan huruf kapital, misalnya:

UPAYA MENGATASI KEMISKINAN PADA MASYARAKAT PEMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN JATINEGARA JAKARTA TIMUR

  1. Penjelasan tentang rugas disusun dalam bentuk kalimat, misalnya:

Makalah ini Disusun untuk Melengkapi Ujian Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester Genap 2004

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi ujian sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.

  1. Nama penulis ditulis dengan huruf kapital, di bawah nama dituliskan Nomor Induk Mahasiswa (NIM), misalnya:

Dewi kartika

1302510255

Untuk mencegah kesalahan penilaian, makalah akhir semestar dapat ditambahkan kelas/seksi dan nomor urut absen di samping NIM,

DEWI KARTIKA

1305210215/00110/35

  1. Logo universitas untuk skripsi, tesis, dan disertasi; makalah ilmiah tidak diharuskan menggunakan logo.
  2. Data institusi mahasiswa mencantumkan program studi, jurusan, fakultas, universitas, nama kota, dan tahun ditulis dengan huruf kapital, misalnya:

JURUSAN AKUNTASI, FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

JAKARTA, 2004

  1. Hal-hal yang harus dihindari dalam halaman judul karangan formal:

(1)     Komposisi tidak menarik,

(2)     Tidak estetik,

(3)     Hiasan gambar tidak relevan,

(4)     Variasi huruf jenis huruf,

(5)     Kata ditulis oleh,

(6)     Kata NIM/NRP,

(7)     Hiasan, tanda-tanda, atau garis yang tidak berfungsi,

(8)     Kata-kata yang berisi slogan,

(9)     Ungkapan emosional, dan

(10) Menuliskan kata-kata atau kalimat yang tidak berfungsi.

4.2.       Halaman Pengesahan

Halaman pengesahan digunakan sebagai pembuktian, bahwa karya ilmiah yang telah ditandatangani oleh pembimbing, pembaca/penguji, dan ketua jurusan telah memenuhi persyaratan administratif sebagai karya ilmiah. Halaman pengesahan biasanya digunakan untuk penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, sedangkan makalah ilmiah tidak mengharuskan adanya halaman pengesahan. Penyusunan pengesahan ditulis dengan memperhatikan persyaratan formalurutan dan tata letak unsur-unsur yang harus tertulis di dalamnya. Perhatikan hal-hal berikut ini:

Judul skripsi seluruhnya ditulis dengan huruf kapital pada posisi tengah antara margin kiri dan kanan.

Nama lengkap termasuk gelar akademis pembimbing materi/teknis, pembaca/penguji, dan ketua program/jurusan ditulis secara benar dan disusun secaras simetri kiri-kanan dan atas-bawah. Skripsi diajukan kepada sidang penguji akademis setelah disetujui okeh pebimbing dan pembaca/penguji. Penulis kripsi dinyatakan lulus jika skripsinya telah diuji dihadapan sidang terbuka/tertutup dan telah ditandatangani oleh semua nama yang tercantum dalam halaman pengesahan.

Nama kota dan tanggal pengesahan ditulis di atas kata ketua jurusan.

Hal-hal yang harus dihindarkan:

  1. Menggarisbawahi nama dan kata-kata lain,
  2. Mencetak nama dengan huruf kapital seluruhnya,
  3. Tulisan melampau garis tepi,
  4. Menggunakan titik atau koma pada akhir nama,
  5. Menulis nama tidak lengkap,
  6. Menggunakan huruf yang tidak standar,
  7. Tida mencantumkan gelar akademis, dan
  8. Menuliskan kata bapak atau ibu di depan nama.

4.3.       Kata Pengantar

Kata pengantar adalah bagian karangan yang berisi penjelasan mengapa menulis karangan ini dilakukan. Setiap karangan ilmiah, seperti: buku, skripsi, thesis, disertasi, makalah, atau laporan formal ilmiah harus menggunakan kata pengantar. Di dalamnya disajikan informasi sebagai berikut. Perhatikan unsur-unsur yang harus dicantumkan dan cara penulisannya.

(1)          Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(2)          Penjelasan adanya tugas penulisan karya ilmiah,

(3)          Penjelasan pelaksanaan penulisan karya ilmiah,

(4)          Penjelassan adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari seseorang, sekelompok orang, atau organisasi/lembaga,

(5)          Ucapan terima kasih kepada seseorang/lembaga yang membantu,

(6)          Penyebutan nama kota, tanggal, bulan, tahun, dan nama lengkap penulis, tanpa dibubuhi tanda tangan,

(7)          Harapan penulis atas karangan tersebut, dan

(8)          Manfaat bagi pembaca serta kesediaan menerima kritik dan saran.

Kata pengantar merupakan bagian dari keseluruan karya ilmiah. Sifatnya formal dan ilmiah. Oleh karena itu, kata pengantar harus ditulis dengan behasa Indonesia yang baik dan baku, baik, dan benar. Isi kata pengantar tidak menyajikan isi karangan, atau hal-hal lain yang tertulis dalam pendahuluan, naskah utama, dan kesimpulan. Sebaliknya, apa yang sudah ditulis ulang dalam isi karangan.

Hal-hal yang harus dihindarkan.

(1)          Menguraikan isi karangan,

(2)          Mengungkapkan perasaan berlebihan,

(3)          Menyalahi kaidah bahasa,

(4)          Menunjukkan sikap kurang percaya diri,

(5)          Kurang meyakinkan,

(6)          Kata pengantar terlalu panjang,

(7)          Menulis kata pengantar ssemacam sambutan

Kesalahan bahasa: ejaan, kalimat, paragraf, diksi, dan tanda baca kalimat tidak efektif. Kesalahan bahasa yang sering terjadi pada kata pengantar, misalnya kesalahan kalimat. Perhatikan kalimat berikut ini dan tunjukkan kesalahannya.

KATA PENGANTAR

            Karya ilmiah berjudul “upaya menciptakan kreativitas baru berbasis budaya adat Sunda” ini dapat saya selesaikan dengan baik semata-mata atas rakhmat Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, penulis mengucapkan puji syukur kepada-Nya.

Karya ilmiah ini ditulis untuk melengkapi kegiatan kuliah bahasa Indonesia di Universitas Negeri Jakarta pada akhir semester genap 2004. Penulisan berdasarkan data sekunder dan data primer berupa cerita adat masyarakat asli di daerah Sunda.

Penulisan karya ilmiah ini memungkinkan oleh adanya bantuan dan bimbingan dari berbagia pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan tersebut kepada:

Kedua orang tua kami,

Ketua Jurusan Ekonomi, dan

Bapak Waluya selaku dosen pebimbing.

Penulis menyusun karya ilmiah ini dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis menyadari kemungkinan adanya kekurangan atau kesalahan yang tidak disengaja. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan penulis terima dengan rasa syukur.

Semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 18 Agustus 2004

Penulis,

Dewi Kartika

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan Rahmat dan Hidayah-Nya, maka selesailah tugas bahasa Indonesia dengan tema: Permasalahan Ekonomi yang Sedang Terjadi di Indonesia.

(1)          Puji dan syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Fungsi Kemesraan terhadap Pembinaan Keluarga.”

(2)          Dengan memanjatkan piji syukur ke hadirat TUHan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas karya tulis yang berjudul Teknologi CD-Rom sebagai Media Komunikassi Bisnis ini dengan baik dan tepat waktu.

(3)          Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa saya dapat menyelesaikan karya tulis ini.

Contoh pengetikan kata pengantar

(1)          Kesalahan dan pembetulan kalimat pertama:

Penggunaan kosakata yang lazim digunakan dalam pergaulan, bahasa lisan.

memanjatkan puji dan syukur kepada…

dengan rahmat dan hidayah-Nya

sebaiknya diganti

puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan atas…

Pembetulan:

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Essa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan paper “Permasalahan Ekonomi yang Sedang Terjadi di Indonesia,” dapat diselesaikan dengan baik.

(2)          Kesalahan dan pembetulan kalimat kedua:

Salah nalar, dengan puji dan syukur tugas selesai. Seolah-olah tanpa usaha, dengan puji dan syukur tugas selesai, semacam sulapan.

Pembetulan:

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga berhassil menyelesaikan makalah “Fungsi Kemesraan terhadap Pembinaan Keluarga.”

atau

penulis berhasil menyelesaikan makalah “Fungsi Kemesraan terhadap Pembinaan Keluarga.” Ini dengan baik, semata-mata atas rahmat dan hidayah Tuhan Yang Maha Esa kepada penulis. Oleh karena itu, penulis bersyukur ke hadirat-Nya.

(3)          Kesalahan dan pembetulan kelimat kedua dan ketiga:

Penggunaan kata memanjatkan seharusnya hanya digunakan dalam bahasa lisan, sebaiknya diganti dengan mengucapkan.

Salah nalar, “dengan puji dan syukur” tugas selesai. Seolah-olah tanpa usaha tugas selesai.

Kami saharusnya penulis dan ditulis dengan huruf kecil, dan tidak efektif.

Pembetulan:

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga berhasil menyelesaikan karya tulis “Teknologi CD Rom sebagai Media Komunikasi Bisnis.” Ini dengan baik dan tepat waktu.

(4)          Kesalahan dan pembetulan kalimat keempat: sama dengan kesalahan kalimat ketiga.

Pembetulan:

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

4.4.       Abstrak

Untuk mengetahui keseluruhan isi karangan yang berupa laporan atau dokumen dalam waktu amat singkat diperlukan abstrak. Dengan abstrak ini, pembaca laporan dapat memanfaatkan informasi langsung tanpa membaca laporan asli, misalnya tindakan cepat dan akurat setelah mengetahui isi laporan.

Abstrak adalah suatu bentuk penyajian singkat sebuah laporan atau dokumen yang ditulis secara teknis, teliti, tanpa kritik atau penafsiran penulis abstrak. Abstrak juga dapat didefinisikan “abstrak adalah pernyataan singkat tetapi akurat dari isi dokumen tanpa menambah tafsiran atau kritik dan tanpa membedakan untuk siapa abstrak itu dibuat” (American National Standard Institute’s, 11979). Selain itu, dapat didefinisikan pula bahwa “abstrak ialah uraian singkat tetapi akurat yang mewakili isi dokumen, tanpa menambah interpretasi atau kritik dan tanpa melihat siapa pembuat abstrak tersebut” (ISO 214-1976).

1)             Karakteristik abstrak:

(1)          Singkat: tidak memuat latar belakang, tidak memuat contoh, tidak memuat penjelasan alat, cara kerja, dan proses yang sudah lazim/dikenal, tidak lebih dari 250 kata, hanya memuat: (1) metode kerja dari pengumpulan data sampai dengan penyimpulan, dan (2) data yang sudah diolah.

(2)          Berketelitian tinggi: (1) menggunakan sumber dokumen asli secara cermat, mudah dipahami, dan (2) menggunakan kata atau istilah yang sama dengan dokumen aslinya.

(3)          Bentuk tulisan: (1) informatif kualitatif atau kuantitatif bergantung pada naskah asli, dan (2) deskriptif, analisis, induktif, atau deduktif bergantung pada naskah asli.

(4)          Stuktur:

  1. Judul laporan/dokumen asli,
  2. Nama asli penulis laporan (dokumen),
  3. Tujuan atau masalah,
  4. Cara kerja, proses, atau metide kerja,
  5. Hasil kerja dan validitas hasil,
  6. Kesimpulan, dan
  7. Inisial penulis abstrak.

2)             Jenis abstrak:

(1)          Abstrak Indikatif yaitu abstrak yang menguraikan secara singkat masalah yang terkandung dalam dokumen lengkapnya. Abstrak ini tidak memadatkan isi dokumen asli, bertujuan agar lebih cepat diketahui isinya dan hanya memberikan indikasi sassaran cakupan tulisan sehingga pembaca dapat mempertimbangkan apakah penulisan asli perlu dibaca atau tidak. Pembaca abstrak cenderung mementingkan informasi yang diperlukan sebagai pertimbangan untuk tindakan tertentu.

(2)          Abstrak Informatif yaitu miniatur laporan atau dokumen asli dengan menampilkan selengkap mungkin data laporan sehingga pembaca abstrak tidak perlu lagi membaca naskah aslinya, kecuali untuk mendalaminya. Abstrak informasi menyajikan keseluruhan naskah asli dalam bentuk mini: judul, penulis asli, lembaga, tujuan, metode pembahasan atau analisis, hasil analisis, kesimpulan, dan kode inisial penulis abstrak.

STUDI PENDALAMAN MENGENAI METODE INABAH, DALAM UPAYA PENYEMBUHAN PENDERITAKETAGIHAN ZAT ADIKTIF MELALUI PROSES DIDIK, MENURUT PONDOK PESANTREN SURYALAYA: LAPORAN PENELITIAN, EMO KASTAMA

Jakarta: Lembaga Penelitian IKIP Jakarta, 1992, 60 hal.

Telah diteliti penggunaan metode inabah dalam upaya penyembuhan korban narkotika dan zat adiktif lainnya melalui proses didik berdasarkan pendekatan agama Islam menurut Pondok Pesantren Suryalaya. Penyembuhan dilakukan secara ilmiah, mengutamakan mandi, sholat, dan dzikir. Hasil penyembuhan mencapai 83,91%. Penelitian menyimpulkan bahwa metode inabah dapat dijadikan alternatif penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba dan zat-zat adiktif lainnya (EK)

Contoh abstrak indikatif:

Contoh abstrak informatif:

KEGIATAN KONSULTASI BISNIS DAN PENEMPATAN KERJA (KBPK) BAGI LULUSAN PERGURUAN TINGGI DAN PENGUSAHA KECIL DI JAKARTA TIMUR: LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, WIDJONO HS., DKK.

Jakarta, LPM Universitas Negari Jakarta, 2002

            Kegiatan KBPK ini bertujuan mengatasi pengangguran lulusan perguruan tinggi dan mengembangkan pengusaha kecil di Jakarta Timur.

Kegiatan ini memberikan layanan konsultasi dalam memanfaatkan peluang kerja bagi alumni dengan kreativitas, kecerdassan, dan motivasinya sehingga dapat berprestasi dalam usaha tersebut, baik dalam bisnis maupun mengisi peluang kerja. Kepada pengusaha kecil, KBPK memberikan pelayanan konsultasi agar mereka segera bangkit dari kelesuan bisnisnya. Kegiatan ini dilaksanakan bertahap (1) mengidentifikasi permasalahan klien, (2) menentukan target pencapaian, (3) mengevaluasi kinerja dengan menginventarisasi masalah, sumber daya, dan target yang hendak dicapai, (4) mendata umpan balik, (5) mengefisienkan sumber daya dan mengefektifkan pencapaian target, (6) menentukan strategi, dan (7) melaksanakan konsultasi. Hasil yang dicapai baru 20 persen dari 120 klien. Namun, kegiatan ini menghasilkan kerangka kerja yang dapat dijadikan dasar pengembangan selanjutnya.

Kesimpulan: dengan berbagai hambatan dalam kesulitan yang dihadapi, kegiatan ini belum seperlunya berhasil (Wi)

Perhatikan catatan berikut ini.

(a)           Tujuan: menjelaskan jangkauan laporan, mengapa laporan tersebut ditulis.

(b)          Kecuali, jika tujuan dan jangkauan ini sudah jelas dari judul laporan atau dokumen. Rumusan tujuan singkat ini dapat disatukan dengan masalah.

(c)           Metode pembahasan (penelitian): menguraikan secara ringkas cara kerja mencapai tujuan, penjelasan umum teknik pembahasan atau metode yang digunakan (khusus teknik baru diuraikan secara jelas), pendekatan, metode dasar, jangkauan data: cara memperoleh dan menganalisis data.

(d)          Hasil: menggambarkan penemuan dan pencapaian tujuan, hasil uji hipotesis (kalau ada), hasil analisis; disajikan sesingkat dan seinformatif mungkin.

(e)           Temuan dapat berupa pembuktian baru, teori baru, pengaruh hubungan, atau temuan lain sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

(f)           Simpulan: menggambarkan interpretasi hasil, capaian tujuan, jawaban masalah. Seluruhnya disajikan secara singkat, ringkas, akurat, dan jelas.

(g)          Rekomendasi (jika diperlukan) disajikan secara singkat dan menyebutkan fungsi yang diharapkan.

4.5.       Daftar Isi

Daftar isi adalah bagian pelengkap pendahuluan yang memuat garis besar isi karangan ilmiah secara lengkap dan menyeluruh, dari judul sampai dengan riwayat hidup penulis sebagaimana lazimnya sebuah konversi naskah karangan ilmiah. Daftar isi berfungsi untuk merujuk nomor halaman judul bab, subbab, dan unsur-unsur pelengkap dari sebuah buku yang bersangkutan.

Daftar isi disusun secara konsisten baik penomoran, penulisan, maupun tata letak judul bab dan judul sub-subbab. Konsistensi ini dipengaruhi oleh bentuk yang digunakan. Jika menggunakan angka desimal, angka pertama nomor Bab I pada baris pertama harus diikuti secara lurus dengan angka pertama nomor Bab II, Bab III, dan seterusnya. Untuk menghasilkan daftar isi yang baik, perhatikan hal-hal berikut ini.

(1)          Baik judul bab dan subbab disusun secara paralel dan konsisten .

(2)          Rincian subbab maksimal empat angka.

(3)          Nomor dan penggunaan huruf (huruf kapital, dan huruf kecil) berfungsi sebagai ciri atau penanda judul bab, subbab, dan rincian. Setiap judul bab ditulis dengan huruf kapital pada setiap awal kata; kata lugas (misalnya: yang, kepada, dari) ditulis dengan huruf kecil seluruhnya.

(4)          Nomor halaman berfungsi untuk merujuk judul bab, subbab, dan rincian. Untuk memudahkan pembaca, judul dan nomor halaman dihubungkan dengan titik-titik.

(5)          Tajuk bab, subbab, dan rincian harus menggambarkan isi karangan dan disusun sesuai dengan regangan.

(6)          Skripsi dan makalah yang lebih dari 10 halaman harus menggunakan……

(7)          Daftar isi tidak sama dengan ragangan karangan. Ragangan menggambarka uraian (analisis dan sintesis) bagian utama karangan, sedangkan daftar isi mencantumkan seluruh unsure pelengkap pendahuluan, bagian utama (isi) karangan, dan pelengkap penutup.

DAFTAR ISI

 

Halaman Judul ……………………………………………………………………………            i

Lembar Pengesahan ……………………………………………………………………..           ii

Abstrak ………………………………………………………………………………….           iii

Kata Pengantar……………………………………………………………………………          iv

Daftar Isi …………………………………………………………………………………          v

Daftar Tabel ………………………………………………………………………………          v

Daftar Gambar ……………………………………………………………………………        vi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………..         1

1.1Latar Belakang …………………………………..……………………………………..        1

1.1  Masalah ……………………………………………………………………………….        3

1.2  Tujuan …………………………………………………………………………………        3

1.3  Pembatasan Masalah ………………………………………………………………….        3

1.4  Metode Pembahasan ………………………………………………………………….        5

BAB II DESKRIPSI TEORI …………………………………………………………….         7

1.1  Budaya Tradisi Betawi ……………………………………………………………….        7

1.2  Cerita Rakyat …………………………………………………………………………        9

1.3  Kreativitas Baru ………………………………………………………………………      12

1.4  Kreativitas Baru Neoklasik …………………………………………………………..       18

BAB III DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA …………………………………………       20

1.1  Deskripsi Data ………………………………………………………………………..      20

1.2  Analisis Data …………………………………………………………………………      35

1.3  Hasil Analisis …………………………………………………………………………     40

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………..       45

1.1  Kesimpulan …………………………………………………………………………..      45

1.2  Saran-saran …………………………………………………………………………..      47

DAFTAR BACAAN …………………………………………………………………….      49

Lampiran …………………………………………………………………………………     51

Indeks ……………………………………………………………………………………      55

Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………………………………     57

Penulisan yang harus dihindari:

  1. Judul bab, subbab terlalu panjang.
  2. Penataan margin kiri, kanan, atas, dan bawah tidak lurus, tidak konsisten
  3. Nomer halaman tidak lurus (tidak sesuai) dengan tajuk,
  4. Tajuk dan nomer halaman tidak sesuai dengan nomer halaman buku,
  5. Mengabaikan estetika, dan
  6. Kesalahan bahasa (tajuk, tidak jelas, diksi, ejaan, tanda baca).

Contoh kesalahan tanda baca:

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………        1

1.1.            Latar Belakang ……………………………………………………..          1

1.2.            Masalah …………………………………………………………….          3

Nomer (angka) kedua tidak diikuti titik, seharusnya:

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………        1

1.1       Latar Belakang ……………………………………………………….          1

1.2     Masalah ………………………………………………………………          2

4.6 Daftar Gambar

Setiap gambar yang tercantum dalam karangan harus tertulis didalam daftar gambar. Daftar gambar menginformasikan: judul gambar dan nomer halaman.

4.7 Daftar Tabel

Setiap tabel yang tertulis dalam karangan harus tercantum dalam daftar table. Daftar ini menginformasikan nama tabel dan nomer halaman.

5. Naskah Utama Karangan

5.1 Pendahuluan

Pendahuluan adalah Bab I karangan. Pendahuluan terdiri dari latar belakang, masalah, tujuan pembahasan, pembatasan masalah, landasan teori, dan metode pembahasan. Keseluruhan isi pendahuluan mengantarkan pembaca kepada materi yang akan dibahas, dianalisis- sintesis, dideskripsi, atau diuraikan dalam bab kedua sampai dengan bab terakhir.

Untuk menulis pendahuluan yang baik, penulis perlu memperhatikan pokok-pokok pikiran yang harus tertuang dalam masing-masing unsure pendahuluan sebagai berikut:

  1. Latar belakang masalah, menyajikan:
    1. Penalaran yang menimbulkan masalah atau pertanyaan yang akan diuraikan jawabannya dalam bab pertengahan antara pendahuluan dan kesimpulan dan dijawab atau ditegaskan dalam kesimpulan. Untuk itu, arah penalaran harus jelas misalnya deduktif, sebab-akibat, atau induktif.
    2. Kegunaan praktis hasil analisis, misalnya: memberikan masukan bagi kebijakan pimpinan dalam membuat keputusan, memberikan acuan bagi pengembangan sistem kerja yang akan datang.
    3. Pengetahuan tentang studi kepustakaan, gunakan informasi mutakhir dari buku-buku ilmiah, jurnal, atau internet yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis hendaklah mengupayakan penggunaan buku-buku terbitan terbaru.
    4. Pengungkapan masalah utama secara jelas dalam bentuk pertanyaan, gunakan kata tanya yang menuntut adanya analisis, misalnya bagaimana… , mengapa….
    5. Tidak menggunakan kata apa karena tidak menuntut adanya analisis, cukup dijawab dengan ya atau tidak.
  1. Tujuan penulisan berisi:
    1. Target , sasaran, atau upaya yang hendak dicapai, misalnya: mendeskripsikan hubungan X terhadap Y ; membuktikan bahwa budaya tradisi dapat dilestarikan dengan kreativitas baru; menguraikan pengaruh X terhadap Y.
    2. Upaya pokok yang harus dilakukan, misalnya: mendeskripsikan data primer tentang kualitas budaya tradisi penduduk asli Jakarta; mendeskripsikan data sekunder tentang kualitas budaya tradisi penduduk asli Jakarta; mendeskripsikan kreativitas baru yang merupakan sinergi budaya tradisi dan teknologi mutakhir; membuktikan bahwa budaya tradisi dapat dilestarikan dengan kreativitas baru; membuktikan bahwa pembangunan lingkungan permukiman kumuh yang tidak layak huni memerlukan bantuan pemerintah.
    3. Tujuan utama dapat dirinci menjadi beberapa tujuan sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Jika masalah utama dirinci menjadi dua, tujuan juga dirinci menjadi dua.
    4. Ruang lingkup masalah berisi
      1. Pembatasan masalah yang dibahas
      2. Rumusan detail masalah yang akan dibahas sesuai dengan regangan
      3. Defisi atau batasan pengertian istilah yang tertuang dalam setiap variable
  1. Landasan teori menyajikan:
    1. Deskripsi atau kajian teoritik variable X tentang prinsip-prinsip teori, pendapat ahli dan pendapat umum, hokum, dalil, atau opini yang digunakan sebagai landasan pemikiran kerangka kerja penelitian dan penulisan sampai dengan kesimpulan atau rekomendasi.
    2. Penjelasan hubungan teori dengan kerangka berpikir dalam mengembangkan konsep penulisan, penalaran, atau alasan menggunakan teori tersebut.
    3. Sumber data penulisan berisi:
      1. Sumber data seknder dan  data primer,
      2. Criteria penentuan jumlah data,
      3. Criteria penentuan mutu data,
      4. Criteria penentuan sempel, dan
      5. Kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan.
      6. Metode dan teknik penulisan berisi:
        1. Penjelasan metode yang digunakan dalam pembahasan, misalnya: metode kuantitatif, metode kualitatif, metode deskripsi, metode komperatif, metode korelasi, metode eksploratif, atau metode eksperimental.
        2. Teknik penulisan menyajikan cara pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan kuisioner; analisis data, hasil analisis data, dan kesimpulan.
        3. Sistematika penulisan berisi:
          1. Gambaran singkat penyajian isi pendahuluan, pembahasan utama, dan kesimpulan.
          2. Penjelasan lambing-lambang, symbol-simbol, atau kode (kalau ada).

Butir 1 sampai 7 di atas wajib digunakan dalam penulisan skripsi, sedangkan untuk makalah ilmiah dapat menggunakan butir 1 sampai dengan 4 dan 5.

Untuk menghasilkan penulisan pendahuluan yang baik, penulis perlu memperhatikan persyaratan bahasa, persyaratan materi atau isi, persyaratan formal, persyaratan teknis, dan persyaratan pengetikan. Oleh klarena itu, penulisan perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:

  • Menggunakan kalimat lengkap, mengandung unsure subjek dan predikat (objek)
  • Menggunakan pilihan kata yang tepat, tidak terdapat kata yang mubazir
  • Menggunakan paragraph dengan kesatuan pikiran, kepaduan, dan koherensi.
  • Menyusun hubungan antarparagraf yang runtut, menggunakan kata transisi, paralelisme, kata ganti, atau repetisi
  • Menggunakan ejaan secara tepat, terutama penulisan kata, penggunaan huruf capital, pemenggalan kata, dan tanda baca
  • Mengembangkan pikiran (konsep) secara konsisten, sesuai dengan regangan, permasalahan, tujuan penulisan, pembatasan masalah, dan ruang lingkup dalam satu kesatuan karangan.
  • Menggunakan notasi ilmiah
  • Memperhatikan segi-segi teknik penulisan dan pengetikan, dan menjauhi hal-hal yang dapat mengganggu/merusak penulisan berikut ini:
  1. Tidak menggunakan judul karangan sebagai rujukan seperti, misalnya:  Sesuai dengan judul di atas …, berdasarkan judul di atas …
  2. Tidak mengulang pikiran (konsep) ke dalam uraian berikutnya.
  3. Tidak memperlihatkan makna ganda, sikap mendua, keraguan, kebimbangan, ketidaktegasan, ketidakjelasan, ketidaktahuan, kebodohan, kekurangan pengalaman, dan sifat-sifat lain yang tidak meyakinkan.
  4. Tidak memulai bab dengan kutipan atau definisi yang diambil dari kamus yang dapat menimbulkan kesan bahwa penulis belum mampu memulai karangan dengan kata-kata sendiri
  5. Tidak mengawali bab dengan kalimat tanya retoris karena akan terlihat adanya pengulangan yang tidak diperlukan serta menimbulka kesulitan membuat kalimat berikutnya.
  6. Tidak menyimpang dari kaidah tata bahasa, kalimat efektif, kesempatan dan kesesuaian kata, ejaan, ragam bahasa ilmiah, dan teknik penulisan.
  7. Tidak menulis pendahuluan terlalu panjang, maksimum 1/7 uraian seluruhnya.

5.2 Inti Karangan

Bagian utama karangan merupakan inti karangan berisi sajian pembahasan masalah. Bagian ini menguraikan seluruh masalah yang dirumuskan pada pendahuluan secara tuntas (sempurna). Kesempurnaan pembahasan diukur berdasarkan kelengkapan unsure-unsur berikut ini:

  1. Ketuntasan Materi:

Materi yang dibahas mencakup seluruh variabel yang tertulis pada kalimat tesis, baik pembahasan yang berupa data sekunder (kajian teoretik) maupun data primer. Pembahasan data primer harus menyertakan penbuktian secara logika, fakta yang telah dianalisis atau diuji kebenarannya, contoh-contoh, dan pembuktian lain yang dapat mendukung ketuntasan pembenaran.

  1. Kejelasan uraian/deskripsi:
    1. Kejelasan Konsep:

Konsep adalah keseluruhan pikiran yang terorganisasi secara utuh, jelas, dan tuntas dalam suatu kesatuan makna. Untuk itu, penguraian dari bab ke subbab, dari subbab ke detail yang lebih rinci sampai dengan uraian perlu memperhatikan kepaduan dan koherensial, terutama dalam menganalisis, menginterpretasikan (menafsirkan) dan menyintesiskan dalam suatu penegasan atau kesimpulan. Selain itu, penulis perlu memperhatikan konsistensi dalam penomoran, penggunaan huruf, jarak spasi, teknik kutipan, catatan pustaka, dan catatan kaki.

  1. Kejelasan Bahasa
    1. 1.      Kejelasan dan ketepatan pilihan kata yang dapat diukur kebenarannya. Untuk mewujudkan hal itu, kata lugas atau kata denotatif lebih baik daripada kata konotatif atau kata kias. Contoh: Dalam pengolahan ikan, teknologi kelautan Indonesia masih terbelakang (kata terbelakang tidak dapat diukur). Teknologi kelautan Indonesia belum menghasilkan kapal industry pengolahan ikan (dapat diukur). Ketegasan makna, misalnya: tidak menggunakan kata akhir-akhir ini . . .  lebih tegas menggunakan Agustus 2004 ini  . . . , banyak orang lebih tegas menggunakan angka lima puluh orang
    2. 2.      Kejelasan makna kalimat – tidak bermakna ganda, menggunakan struktur kalimat yang betul, menggunakan ejaan yang baku, menggunakan kalimat efektif, menggunakan koordinatif dan subordinatif secara benar;
    3. 3.      Kejelasan makna paragraf dengan memperhatikan syarat-syarat paragraph: kesatuan pikiran, kepaduan, koherensi (dengan repetisi, kata ganti, pararelisme,kata transisi), dan menggunakan pikiran utama, serta menunjukkan adanya penalaran yang logis (induktif, deduktif, kausal, kronologis, spasial).
    4. Kejelasan penyajian dan kebenaran fakta:

Kejelasan penyajian fakta dapat diupayakan dengan berbagai cara, antara lain: penyajian dari umum ke khusus, dari yang terpenting ke kurang penting; kejelasan urutan proses. Untuk menunjang kejelasan ini perlu didukung dengan gambar, grafik, bagan, table, diagram, dan foto-foto. Namun, kebenaran fakta sendiri harus diperhatikan kepastiannya.

Misalnya:

  1. Fakta geografi: Mataram (Lomok), Mataram (Yogyakarta), Ciawi (Bogor), Ciawi (Tasik)
  2. Fakta sejarah: Hari Ibu 13 Desember, Hari Kartini 22 April, Hari Pemuda 28 Oktober, Hari Pahlawan 11 November
  3. Fakta ilmiah: air murni = H2O2, oksigen = O2
  4. Fakta statistic: angka murtalitas, angka natalitas, angka signifikansi, angka simpangan baku,dan jumlah penduduk
  5. Nama geografi: Tokyo atau Tokio, Yogyakarta atau Yogya
  6. Nama diri: Chairil atau khairil, H.B. Yassin atau HB Yasin

KELAS KATA

KELAS KATA

Kelas kata adalah penggolongan kata menurut bentuk, fungsi, dan maknanya. Meskipun secara semantik ada persamaan antara kelas dalam berbagai bahasa, ciri-ciri formal kelas kata dapat berbeda antara bahasa.

Fungsi kelas kata

  1. Melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret
  2. Membentuk berbagai macam struktur kalimat
  3. Memperjelas makna
  4. Membentuk satuan makna sebuah frasa
  5. Membentuk gaya pengungkapan
  6. Mengungkapkan berbagai jenis ekspresi
  7. Mengungkapkan berbagai sikap

Kelas kata dalam bahasa Indonesia

a. Preposisi
Secara semantis, preposisi menandai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi dengan konstituen dibelakangnya. Dalam kasus klausa pergi ke pasar misalnya, preposisi ke menyatakan hubungan makna arah antara pergi dan pasar.
Secara sintaksis, preposisi berada di depan nomina, adjektiva, atau adverbia sehingga membentuk frasa yang dinamakan frasa preposisional, seperti ke kampus, sampai penuh, dan dengan segera.
Secara morfologis, preposisi tidak mampu menjadi bentuk dasar dalam pembentukan kata.
Dilihat dari bentuknya, preposisi ada dua macam, yaitu preposisi tunggal dan preposisi majemuk. Preposisi tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri atas satu kata dapat berupa kata dasar, misalnya di, ke, dari, pada, dan kata berafiks, seperti selama, mengenal dan sepanjang.
b.adverbia

Adverbia atau kata keterangan adalah kelas kata yang memberikan keterangan kepada kata lain, seperti verba (kata kerja) dan adjektiva (kata sifat), yang bukan nomina (kata benda). Contoh adverbia misalnya sangat, amat, tidak.

Jenis adverbia

Cara penggolongan kata keterangan keterangan bermacam-macam tergantung dari sumber rujukan yang digunakan. Berikut salah satu cara pembagian kata keterangan.

  1. Kata keterangan alat. Misalnya: dengan.
  2. Kata keterangan kesertaan. Misalnya: bersama.
  3. Kata keterangan perlawanan. Misalnya: meskipun.
  4. Kata keterangan tujuan. Misalnya: untuk.
  5. Kata keterangan sebab. Misalnya: karena.
  6. Kata keterangan akibat. Misalnya: maka.
  7. Kata keterangan waktu. Misalnya: kemarin.
  8. Kata keterangan tempat. Misalnya: sana.
  9. Kata keterangan syarat. Misalnya: jika.
  10. Kata keterangan derajat. Misalnya: sedikit, banyak.
  11. Kata keterangan keadaan. Misalnya: sungguh-sungguh.
  12. Kata keterangan kepastian. Misalnya: mungkin.

c. Interjeksi
Secara semantis, interjeksi mengungkapkan rasa hati pembicara seperti rasa kagum,
sedih, dan heran. Untuk menyatakan betapa cantiknya seseorang, misalnya, kita
tidak hanya berkata, “Cantik sekali kau,” tetapi diaawali dengan kata seru atau
interjeksi aduh yang mengungkapkan perasaan kagum kita. Dengan demikian, kalimat
“Aduh, cantik sekali kau,” tidak hanya menyatakan fakta tetapi juga rasa hati
pembicara.
Secara sintaksis, interjeksi tidak bertalian dengan unsur kalimat yang lain.
Interjeksi mampu hadir secara mandiri dalam tutur tidak memerlukan pendampingan
konstituen lainnya.
(2) a. Masyaallah!
b. Masyaallah, seekor sapi berkepala lima!
(3) a. Amboi!
b. Amboi, sedap sekali masakan ini!
Kalimat (a) hanya memiliki satu konstituen, yakni interjeksi itu sendiri.
Kehadiran interjeksi tidak bergantung pada konstituen yang lain. Kalimat (b)
terdiri atas dua bagian. Pertama, bagian interjeksi. Kedua, bagian yang
mengungkapkan fakta. Kedua bagian itu tidak saling bergantungan. Masing-masing
mandiri secara semantis maupun sintaksis.
Secara morfologis interjeksi tidak mampu menjadi bentuk dasar dalam pembentukan
kata.
d. Artikula
Secara semantis, artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Ada tiga
kelompok artikula, yaitu: artikula yang brsifat gelar, mengacu ke makna kelopok,
dan menominalkan.
Artikula yang bersifat gelar pada umumnya bertalian dengan orang atau hal yang
dianggap bermartabat. Jenis-jenis artikula ini adalah sang, sri, hang, dan dang.
Artikula yang mengacu ke makna kelompok atau makna kolektif adalah para. Karena
artikula itu mengisyaratkan ketaktunggalan makna nomina yang diiringinya tidak
dinyatakan dalam bentuk kata ulang.
Artikula yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau generik,
bergantung pada konteks kalimatnya. Artikula itu adalah si.
(4) Aduh, kasihan si miskin itu mengais makanan dari tempat sampah.
(5) Dalam masa krisis si miskinlah yang selalu menderita.
Frasa si miskin dalam kalimat (4) menyatakan makna tunggal dan dalam kalimat (5)
menyatakan makna generik, yaitu kaum miskin.
Secara sintaksis, artikula terletak didepan nomina atau kata yang dinominalkan.
Artikula tidak pernah mengiringi nomina, tetapi selalu mendahuluinya.
Secara morfologis, artikula tidak mampu menjadi bentuk dasar dalam pembentukan
kata.

e.verba

kata kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.

Kelas verba yang ditemukan pada data terdiri dari (1) verba murni, yakni verba yang tidak berasal dari kelas kata lain, (2) verba denominal, yakni verba yang terbentuk dari nomina, (3) verba deadjektival, yakni verba yang terbentuk dan adjektiva, (4) verba denuineral, yakni verba yang terbentuk dari numeralia, dan (5) verba depronominal, yakni verba yang terbentuk dari pronomina.

f. pronomina

Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina. Contohnya adalah saya, kapan, -nya, ini.

Penggolongan

Cara pembagian kata ganti bermacam-macam tergantung rujukan yang digunakan. Berikut adalah salah satu cara penggolongan pronomina.

  1. Kata ganti orang. Terbagi tiga dan dapat bersifat tunggal maupun jamak.

kata ganti orang

tunggal

jamak

pertama saya
kami
     aku
kita
kedua kamu        kau/engkau
kalian
ketiga dia     mereka
beliau
  1. Kata ganti pemilik. Misalnya -ku, -mu, -nya.
  2. Kata ganti penanya; berfungsi menanyakan benda, waktu, tempat, keadaan, atau jumlah,dsb. Misalnya apa, kapan, mengapa, siapa, bagaimana, berapa, di mana, ke mana.
  3. Kata ganti petunjuk. Misalnya ini, itu.
  4. Kata ganti penghubung. Misalnya yang.
  5. Kata ganti tak tentu. Misalnya barang siapa.

g. Numerelia

Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau urutannya dalam suatu deretan. Kata bilangan dapat dibagi menjadi dua jenis: kata bilangan tentu (takrif), misalnya satu, setengah, ketujuh; serta kata bilangan tak tentu, misalnya beberapa, seluruh, banyak.

h. Konjungsi

Konjungsi, konjungtor, atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Contoh: dan, atau, serta.

i.Adjektiva

Kata Adjektif ialah perkataan yang menerangkan sifat atau keadaan sesuatu

kata nama seperti hitam, besar, kuat, banyak dan sedikit. sifat atau keadaan sesuatu benda, orang, tempat, binatang, dan sebagainya.

j. Nomina

kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.

FRASA

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nopredikatif, misalnya: bayi sehat, pisang goring, sangat enak, sudah lama sekali, dan dewan perwakilan rakyat. Klausa adalah kelompok kata yang sekurang kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.

Berdasarkan kelas katanya frasa dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:

  1. Frasa verbal

Frasa yang terbentuk dengan kata kerja.

  1. Frasa adjectival

Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat.

  1. Frasa nominal

Frasa nominal adalah Kelompok kata yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda ke kiri atau ke kanan.

  1. Frasa advernbial

Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat

  1. Frasa pronominal

Frasa pronominal adalah frasa yang terbentuk dengan kata ganti.

  1. Frasa numeralia

Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan

  1. Frasa interrogative koordinatif

Frasa yang berintikan pada k ata Tanya

  1. Frasa demonstrative koordinatif

Frasa ini dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan

  1. Frasa proposisional koordinatif

Frasa ini dibentuk kata depan yang tidak saling menerangkan

KLAUSA

Klausa majemuk setara

Klausa adalah kelompok kata yang berpotensi menjadi sebuah kalimat. Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif) setiap klausa mempunyai kedudukan yang sama.

Klausa majemuk bertingkat

Klausa majemuk bertingkat (subordinatif) dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya.

Klausa gabungan majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat

Klausa gabungan majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat terdiri dari tiga klausa atau lebih , misalnya:

  1. Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. Kalimat tersebut terdiri atas tiga klausa yang digabung menjadi kalimat majemuk bertingkat dan kalimat majemuk setara
  1. Dia pindah ke Jakarta, ( klausa utama)
  2. Setelah ayahnya meninggal, (klausa sematan)
  3. Ibunya kawin lagi, (klausa sematan)
  1. Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal. ( kalimat majemuk bertingkat)
  2. Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (kalimat majemuk setara)

KALIMAT

Pengertian kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Dalam bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan dan dalam bahasa tulis diawali dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda Tanya.

Kalimat disusun berdasarkan unsur unsur  yang berupa kata, frasa dan klausa. Jika disusun berdasarkan pengertian di atas, unsure-unsur tersebut mempunyai fungsi dan pengertian

Yang disebut bagian kalimat. Ada bagian yang dapat dihilangkan dan adapula bagian yang tidak dapat dihilangkan. Adapunciri-ciri kalimat yaitu

  1. Dalam bahasa lisan diawali huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru atau tanda tanya.
  2. Kalimat aktif terdiri dari subjek dan predikat
  3. Predikat transitif disertai objek
  4. Mengandung pikirian yang utuh
  5. Menggunakan urutan logis
  6. Mangandung satuan makna
  7. Dalam paragraph terdiri dari dua kalimat atau lebih.

Unsur-unsur kalimat

Subjek

Subjek merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Keberadaan subjek berfungsi sebagai : (1) membentuk kalimat dasar,kalimat luas, (2) memperjelas makna, (3) menjadi pokok pikiran, (4) menegaskan makna, (5) memperjelas pikiran ungkapan, (6) membentuk kesatuan pikiran.

Predikat

Seperti dengan subjek, predikat kalimat yang kebanyakan muncul secara eksplisit. Keberadaan predikat di dalam kalimat berfungsi sebagai:

  1. Membentuk kalimat dasr,majemuk,tunggal, luas
  2. Menjadi unsure penjelas
  3. Mengaskan makna
  4. Membentuk kesatuan pikiran
  5. Sebagai sebutan

Objek

Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit, namun objek tidaklah demikian. Kehadiran objek dalam kalimat tergantung dari predikatnya dan cirri dari objek itu sendiri.

Keberadaan objek pada kalimat berfungsi :

  1. Membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikattransitif
  2. Memperjelas makna kalimat
  3. Membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.

Pelengkap

Pelengkap adalah unsure kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.

Keterangan

Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan pesan kalimat. Tanpa keterangan informasi menjadi tidak jelas. Hal ini dapat dirasakan dalam pembuatan surat undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat dan waktu

Konjungsi

Konjungsi, konjungtor, atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Contoh: dan, atau, serta.

Modalitas

Modalitas dalam sebuah kalimat sering disebut keterangan predikat. Modalitas dapat mengubah keseluruhan makna sebuah kalimat. Dengan modalitas tertentu makna kalimat dapat berubah menjadi sebuah pernyataan yang tegas , ragu, lembut, pasti dan sebagainya

Contoh:

Adik saya kemungkinan besar  seorang politikus

Pekerjaan itu memang tidak kusukai

2.3 Struktur Kalimat

Kalimat harus disusun berdasarkan struktur yang benar, pengungkapan gagasan secara baik, singkat, cermat, tepat, jelas maknanya, dan santun.

a)      Struktur yang Benar

Struktur kalimat dibentuk berdasarkan unsur subjek, predikat (disertai objek jika predikat menggunakan kata kerja transitif), pelengkap (disertai pelengkap jika predikat menggunakan kata kerja intransitif), dan keterangan (jika diperlukan).

Contoh:

(1)   Dalam rapat menegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersil untuk mendapatkan uang, barang, dan pelanggan.(salah)

Kalimat tersebut salah karena induk kalimat berbentuk aktif tetapi tanpa subjek, subjek kalimat tersebut didahului kata depan dalam. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengubah kalimat tersebut menjadi bersubjek atau mengubah struktur kalimat menjadi pasif.

(1a) Rapat menegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersil untuk mendapatkan uang, barang, dan pelanggan.

(1b) Dalam rapat ditegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersil untuk mendapatkan uang, barang, dan pelanggan

(2)   Rapat yang menegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersil untuk mendapatkan uang, barang, dan pelanggan.(salah)

Kalimat tersebut salah Karen menggunakan kata yang didepan predikat, sehingga predikat merupakan perluasan subjek. Perbaika dilakukan dengan menghilangkan kata yang, sehinnga kalimat menjadi seperti berikut: “Rapat menegaskan bahwa bisnis adalah usaha komersil untuk mendapatkan uang, barang, dan pelanggan.”

(3)   Meskipun ia tidak kaya, tetapi ia suka memberikan bantuan kepada orang miskin. (salah)

Kalimat tersebut salah karena merupakan penggabungan anak kalimat. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengubah kalimat tersebut menjadi dua kalimat tunggal yang terpisah atau mengubah salah satu anak kalimat menjadi induk kalimat sehingga menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.

Contoh:

(3a) Ia tidak kaya. Ia suka memberikan bantuan kepada orang miskin.

(3b) Meskipun tidak kaya. Ia suka memberikan bantuan kepada orang lain.

(3c) Ia suka memberikan bantuan kepada orang miskin meskipun tidak kaya.

(3d) Ia tidak kaya tetapi suka memberikan bantuan kepada orang lain.

b)      Ketepatan Urutan Kata

Urutan kata, frasa, atau klausa dalam sebuah kalimat yang menggambarkan proses harus disusun secara logis.

Contoh:

(1)   Dalam kerjanya mereka mengerjakan laporan kegiatan dan menyusun perencanaan kemudin melaksanakan. (salah, urutan tidak logis)

(2)   Mereka menyusun rencana kerja, melaksanakan, dan melaporkan hasil pelaksanaanya. (benar, urutan logis)

(3)   Setelah melaksankan rencana kerjanya, mereka melaporkan hasilnya. (benar, urutan logis)

(4)   Mereka melaporkan hasilnya setelah melaksanakan rencana kerjanya. (benar, urutan logis)

Kata-kata, frasa, atau klausa yang mendukung fungsi (subjek, predikat, atau keterangan) tidak dikelompokan menjadi satu fungsi.

Contoh:

(1)   Adalah merupakan suatu kenyataan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan. (salah)

(2)   Bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan sudah merupakan kenyataan. (benar)

(3)   Adalah suatu kenyataan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan. (benar)

(4)   Sudah merupakan suatu kenyataan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan. (benar)

c)      Ketepatan Hubungan Antarkalimat

Hubungan antar kalimat terkait dengan penggunaan kata penghubung dan gagasan yang dihubungkan.

Misalnya,

(1)   Gadis itu cantik. Tambahan pula ia kaya. (salah/tidak cermat. Cantik tidak ada hubungannya dengan kaya).

(2)   Gadis itu cantik. Tambahan pula, ia pandai berhias. (benar/cermat, kepandaian berhias menambah kecantikan gadiss itu).

2.3.1 Pola Kalimat

            Kalimat yang jumlah dan ragamnya begitu banyak, pada hakikatnya disusun berdasarkan pola-pola tertentu yang amat sedikit jumlahnya. Pola kalimat dapat menyederhanakan kalimat sehingga mudah dipahami orang lain.

2.3.1.1 Pola Kalimat Dasar

Pola kalimat dasar sekurang-kurangnya terdiri atas subjek (S) dan predikat (P). Pola kalimat dasar mempunyai cirri-ciri:

(1)   Berupa kalimat tunggal (satu S, satu P, satu O, satu Pel, satu K)

(2)   Sekurang-kurangnya terdiri dari satu subjek (S) dan predikat (P)

(3)   Selalu diawali dengan subjek

(4)   Berbentuk kalimat aktif

(5)   Unsur tersebut ada yang berupa kata dan ada yang berua frasa

(6)   Dapat dikembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas subjek, predikat, objek, dan keterangan.

Contoh:

(1)   Para siswa / sedang belajar

S                    P

(2)   Mereka / sedang mempelajari / kalimat dasar

S                    P                             O

(3)   Beberapa karyawan / sedang membahas / kasus bisnis / dirunag rapat

S                              P                           O                    K

Contoh kalimat luas:

Kata yang dicetak miring merupakan kalimat dasar

(1)   Para siswa yang kehilangan gedung sekolah itu sedang belajar bahasa Indonesia dengan sarana seadanya.

(2)   Mereka yang rajin belajar itu sedang mempelajari kalimat dasar

(3)   Beberapa karyawan yang sangat kreatif itu sedang membahas secara serius masalah kasus bisnis property diruang rapat pimpianan.

2.3.2 Pola Kalimat Majemuk

2.3.2.1 Kalimat Majemuk Setara

            Kalimat majemuk setara bersifat koordinatif, tidak saling menerangkan. Kalimat majemuk setara ada 4 macam, yaitu: (a) setara gabungan menggunakan kata dan, serta; (b) setara pilihan menggunakan kata atau; (c) setara urutan menggunakan kata lalu, lantas, dan kemudian; (d) setara perlawanan menggunakan kata tetapi.

Contoh:

  1. Kalimat setara gabungan menggunakan kata: dan, serta

Dosen menerangkan kalimat majemuk dan mahsiswa mendengarkan dengan cermat.

Dosen serta mahasiswa bekerja secara kreatif dan inovatif

  1. Kalimat majemuk setara pilihan menggunakan kata: atau

Anda pergi ke kampus atau menghadiri seminar?

  1. Kalimat majemuk setara urutan menggunakan kata: lalu, lantas, dan kemudian

Ia pulang lalu menjemput anaknya

Kami menyelesaikan kuliah lantas bekerja

Kami bekrja dan menabung kemudian mengawali bisnis ini

  1. Kalimata majemuk setara perlawanan menggunakan kata: tetapi

Mahasiswa itu mengharapkan nilai ujian yang tinggi, tetapi malas belajar

2.3.2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak kalimatnya. Kalimat majemuk bertingkat ada 8 macam, dibedakan berdasarkan jenis anak kalimat (AK).

(1)   AK keterangan waktu menggunakan kata ketika, waktu, saat, setelah, sebelum

Contoh:

Mereka segera mencari peluang kerja setelah menyelesaikan studinya

(2)   AK keterangan sebab menggunakan kata sebab, karena, lantaran

Contoh:

Orang itu meninggal karena menderita sakit jantung

(3)   AK keterangan hasil (akibat) menggunakan kata hingga, sehingga, akhirnya

Contoh:

Pengusaha itu bekerja keras sehingga berhasil mendapatkan untung besar

(4)   AK keterangan syarat menggunakan kata jika, apabila, kalau, andaikata

Contoh:

Andaikata aku memenangkan lomba itu, maukah engkau menjadi pacarku?

(5)   AK keterangan tujuan menggunakan kata agar, supaya, demi, untuk, guna

Contoh:

Kita harus bekerja keras demi masa depan yang gemilang

(6)   AK keterangan cara menggunakan kata dengan, dalam

Contoh:

Dalam menghadapi kesulitan tersebut ia menerima dengan kesabaran.

(7)   AK keterangan posesif menggunakan kata meskipun, walaupun, biarpun

Contoh:

Saya akan berupaya meningkatkan kualitas kerja meskipun sulit diwujudkan

(8)   AK keterangan pengganti menggunakan kata bahwa

Contoh:

Presiden menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus menegakkan hukum.

2.4 Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat singkat,padat,jelas,lengkap,dan dapat menyampaikan informasi secara tepat.Kalimat efektif dapat mengomunikasikan pikiran atau perasaan penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengar secara tepat.

Adapun ciri-ciri kalimat efektif antara lain :

  1. Keutuhan,kesatuan,kelogisan,atau kesepadanan makna dan struktur,
  2. Kesejajaran bentuk kata,dan srtuktur kalimat secara gramatikal,
  3. Kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami,
  4. Kehematan penggunaan unsur kalimat,
  5. Kecermatan dan kesantunan,
  6. Kevariasian kata,dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa.

2.4.1 Keutuhan

Kesatuan kalimat ditandai oleh adanya kesepadanan struktur dan makna kalimat.

Contoh :

Saya saling memaafkan . (salah)

Kami saling memaafkan. (benar)

Rumput makan kuda di lapangan. (salah)

Kuda makan rumput di lapangan. (benar)

2.4.1 Kesejajaran

Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan secara konsisten.

Contoh :

Polisi segera menangkap polisi itu karena sudah diketahui sebelumnya. (salah)

Polisi segera menangkap polisi itu karena sudah mengetahui  sebelumnya. (benar)

2.4.3 Kefokusan

Kalimat  efektif  harus  memfokuskan pesan terpenting agar mudah dipahami.

Contoh :

Sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk holtikultura ini. (tidak efektif)

Produk holtikultura ini sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. (efektif)

2.4.5 Kehematan

Setiap unsur kalimat harus berfungsi dengan baik,unsur yang  mengandung  kata  mubadzir harus dihindarkan.

  1. Subjek ganda

Buku itu saya sudah baca. (salah)

Saya sudah membaca buku itu.(benar)

  1. Penjamakan kata yang sudah berbentuk jamak

Mengambili (jamak),buku-buku (jamak)

  1. Menggunakan bentuk singkatan

Pimpinan memberikan peringatan kepada karyawan agar rajin bekerja. (benar tapi tidak singkat)

Pimpinan memperingatkan  karyawan agar rajin bekerja. (benar dan singkat)

  1. Menggunakan bentuk kata aktif dan bertenaga

Ia berdiri lalu pergi. (aktif tetapi kurang bertenaga)

Ia bangkit lalu pergi. (aktif dan bertenaga)

2.4.5 Kecermatan dan kesantunan

  1. Kecermatan

Kecermatan dalam kalimat ditentukan oleh pilihan kata.

Contoh :

Manusia ialah makhluk yang berakal budi. (salah,tidak cermat)

Manusia adalah makhluk yang berakal budi. (benar,cermat)

  1. Kesantunan

Gagasan yang diekspresikan menimbulkan suasana baik,akrab,dan harmonis.

2.4.6 Kevariasiaan

Berupa variasi struktur,diksi,dan gaya asalkan tidak merubah makna.

2.4.7 Ketepatan Diksi

Setiap kata harus mengungkapkan  pikiran secara tepat.

2.4.8 Ketepatan Kalimat

Kecermatan menggunakan ejaan menentukan kualitas penyajian data.

2.5 Kesalahan Kalimat

 

  1. Kesalahan struktur

Kesalahan struktur dapar berupa kalimat aktif tanpa subjek,tanpa unsur  predikat,menempatkan kata didepan objek,kata penghubuyng intrakalimat,salah urutan.

  1. Kesalahan diksi

Diksi salah jika menggunakan dua frasa bersinonim dalam satu frasa,menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu,menggunakan kata berpasangan tidak sepadan,menggunakan kata berpasangan secara idiomatic yang tidak bersesuaian,diksi atau kalimat kurang baik.

  1. Kesalahan ejaan

Jenis kesalahan ejaan :

  1. Penggunaan huruf kapital,huruf kecil,huruf miring,huruf tebal.
  2. Pemenggalan kata,
  3. Penulisan kata baku,
  4. Penulisan unsur serapan,
  5. Penulisan kata asing tidak dicetak miring,
  6. Penggunaan tanda baca,
  7. Penulisan kalimat atau paragraf
  8. Penulisan keterangan tambahan,penulisan aposisi,
  9. Penulisan judul buku,makalah,jurnal,
  10. Penulisan judul bab,subbab,bagian,subbagian,
  11. Penulisan data pustaka,catatan kaki,bibliografi.

Perencanaan Karangan

Pengertian

1. Mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan paragraf (alenia) untuk menjabarkan dan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan.

2. Mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.

3. Karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan.

A. Hakikat Perencanaan Karangan

1. Proses Kreatif,

Menulis merupakan proses kreatif:

Pertama Tahap persiapan yaitu mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan arah dan fokus penulisan, mengamati objek yang akan ditulis, dan memperkaya pengalaman kognitif untuk proses selanjutnya.

Kedua Tahap inkubasi (pendadaran) yaitu proses logis dengan memanfaatkan seluruh informasi yang akan dikumpulkan dari sebab ke akibat atau tesis – antitesis sampai dengan sintesis yang merupakan pemikiran sinergi kreatif yang juga bersifat khas sampai dengan pembahasan yang lebih luas yang merupakan solusi, pemecahan masalah, atau jalan keluar atas pemikiran yang dihadapi.

Ketiga Tahap iluminasi atau kejelasan yang ditandai dengan adanya inspirasi pemecahan masalah.

Keempat Tahap verifikasi yaitu mengevaluasi, memeriksa kembali, atau menyeleksi seluruh tahapan, dan menyusunnya kembali sesuai dengan fokus tujuan penulisan.

Karangan ilmiah mempunyai karakteristik umum,yaitu:

a. Objektif artinya setiap pernyataan (kata, frasa, kalimat, paragraf) dapat diukur. Untuk itu penulis harus menggunakan kata-kata denotatif bukan konotatif;

b. Logis yaitu menggunakan penalaran yang sistematis dari topik, permasalahan, tujuan, analisis atau pembahasan, sampai dengan kesimpulan dan saran;

c. Empirik yaitu menggunakan data yang diperoleh melalui pengalaman, pengamatan, atau penelitian.

2. Menentukan jenis Karangan

Perencanaan karangan ilmiah pada tahap awal yaitu menentukan jenis karangan yang akan ditulis: makalah, artikel jurnal, proposal, laporan, atau jurnal.

a. Makalah

Makalah membahas sebuah topik yang terkait dengan perkuliahan atau tema dalam suatu seminar, simposium, kongres, atau seminar dan lokakarya.

Makalah diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu: makalah biasa dan makalah posisi.

1) Makalah biasa cenderung lebih bebas, tidak terikat oleh posisinya sebagai mahasiswa, profesi keahlian, atau posisi lain.

2) Makalah posisi yaitu makalah yang ditulis berdasarkan posisi penulisnya, misalnya orang diminta menulis makalah dalam posisinya sebagai gubernur, menteri, ilmuan, atau posisi lain.

Sistematika makalah : judul, abstrak, pendahuluan, pembahasan isi, kesimpulan, dan daftar pustaka.

Langkah-langkah penulisan: menentuklan dan membatasi topik, membuat kerangka dan mengumpulkan bahan, membaca buku sumber (pustaka) dan menentukan bagian yang akan dirujuk, menulis draf atau rencana konsep makalah, menyunting sendiri draf yang ditulisnya, dan menyempurnakan makalah sehingga siap cetak.

b. Artikel Jurnal

Artikel jurnal adalah karangan ilmiah dalam bidang ilmu tertentu yang diterbitkan dalam sebuah jurnal yang khusus menerbitkan bidang kajian ilmu tersebut.

Artikel jurnal diklasifikasikan ke dalam dua kategori: pertama artikel ilmiah yang bertujuan membuka forum diskusi, argumentasi, analisis, dan sintesis sejumlah pendapat dan temuan para ahli dan pemerhati dalam kajian ilmu tertentu yang sama-sama ditekuninya. Kedua artikel yang berisi kajian hasil penelitian. Kesimpulan hasil ini terkait dengan variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti.

Judul artikel:

(1) mencerminkan materi bahasan pada kata atau istilah yang digunakan dalam judul.

(2) Berdaya tarik kuat untuk merangsang pembaca, boleh menggunakan kata yang “provokatif” agar merangsang orang untuk membacanya.

(3) Dapat dirumuskan dalam kalimat berita atau kalimat tanya.

Nama penulis:

(1) ditulis lengkap, tanpa gelar akademis atau gelar profesi untuk mencegah timbulnya kesan senioritas;

(2) boleh mencantumkan gelar kebangsawanan atau keagamaan;

(3) jika ditulis dua orang atau lebih hanya mencantumkan penulis utama disertai kata dkk, nama seluruh penulis lengkap boleh dituliskan pada catatan kaki.

(4) Nama lembaga penulis dapat dituliskan tepat di bawah namanya pada catatan kaki.

Abstrak:

(1) penyajian ringkas dari seluruh artikel, bukan komentar atau pengantar,

(2) diketik dengan spasi tunggal, ditempatkan menjorok lima ketikan dari margin kiri maupun kanan

(3) kata kunci merujuk bidang ilmu yang dikaji, ditulis di bawah abstrak.

Pendahuluan:

(1) menarik perhatian pembaca, mengacu pada permasalahan yang dibahas, menekankan masalah yang kontroversial.

(2) Menyajikan sari artikel terdahulu, menyajikan pembahasan masalah yang belum tuntas.

(3) Diakhiri dengan rumusan masalah atau tujuan singkat yang akan dibahas.

Bagian inti:

(1) berisi pembahasan, analisis, argumentasi, komparasi, dan pendirian penulis tentang masalah yang ditulis.

(2) Pembahasan yang bersifat argumentatif, analitis, kritis, sistematis, dan logis,

(3) Tidak bersifat instruktif dan diusahakan bersifat komparatif juga bukan enumerasi (pecahan materi, komplikasi seperti diktat).

 

 

Penutup atau Kesimpulan:

(1) menandai akhir artikel hasil pemikiran,

(2) merupakan paduan hasil pemikiran, pendapat ahli, dan teori yang digunakan,

(3) merupakan jawaban/solusi masalah atau pendirian penulis atas pembahasan,

(4) menyajikan rekemendasi yang ditujuakan kepada seseorang atau suatu lembaga

Daftar Pustaka

(1) mencatumkan pustaka yang benar-benar dirujuk dalam pembahasan artikel

(2) daftar rujukan ditulis pada halaman terakhir bukan halaman baru

(3) disusun berdasarkan alfabetik penulis

(4) mengiktui standar internasional.

c. Proposal adalah karangan ilmiah yang berisi rancangan kerja. Proposal mempunyai beberapa jenis seperti: proposal skripsi mahasiswa, proposal penelitian (rancangan penelitian yang didanai oleh lembaga), proposal kerjasama untuk melakukan suatu kegiatan yang didanai oleh sponsor.

d. Laporan Ilmiah Berbentuk Naskah

Laporan adalah penyampaian informasi yang ditulis secara lengkap, jelas, sistematis, objektif, dan tepat waktu oleh seseorang kepada orang lain atau pejabat.

3. Perencanaan Karangan

Perencanaan karangan ilmiah adalah proses awal mengarang sampai dengan penulisan akhir. Perencanaan ini mencakup prapenulisan, peng-organisasian keseluruhan penulisan, penulisan, penyuntingan, dan presentasi. Penulisan karangan formal, seperti makalah penelitian, skripsi, tesis, disertasi, atau karangan ilmiah lainnya menuntut beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan ini menyangkut isi, bahasa, metode analisis, dan teknik penyajian.

Tahap-Tahap Penulisan

a. Prapenulisan

1) Menyusun daftar pustaka sementara, dan menentukan topik atau judul, masalah, tujuan, dan kalimat tesis,

2) Menyusun garis besar isi dan menyem-purnakannya menjadi kerangka karangan lengkap setelah datanya lengkap,

3) Menetapkan landasan teoritis,

4) Menetapkan sumber data (primer, sekunder) dan cara mengumpulkannya,

5) Menetapkan metode pembahasan,

6) Menyusun daftar pustaka sementara,

7) Menjadwalkan pelaksanaanya.

b. Penulisan

1) Menuliskan keseluruhan naskah secara konseptual, disertai kutipan atau data yang diperlukan,

2) Penulisan tersebut mencakup:

a) Bagian pelengkap pendahuluan (halaman judul, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel),

b) Bagian naskah utama:

(1) Pendahuluan:

(a) Latar belakang menguraikan kesen-jangan antara kondisi ideal dengan fakta, alasan mengapa topik kajian perlu dibahas, studi pustaka sebagai landasan ideal dan kesenjangannya dengan kenyataan yang dihadapi,

(b) Masalah berupa pertanyaan yang timbul sebagai konsekuensi pemba-hasan pada latar belakang.

(c) Tujuan menjelaskan upaya yang hendak dicapai,

(d) Pembahasan masalah menjelaskan bagaimana menjawab masalah dan tujuan yang hendak dicapai atau ruang lingkup yang hendak dibahas, dan metode pembahasan yang digunakan.

(2) Bahasan utama:

(a) Deskripsi teori menggambarkan teori variabel pertama dan variabel kedua,

(b) Metode penelitian menjelaskan jenis metode yang digunakan (misalnya: deskriptif, kualitatif, analisis fungsi x terhadap y). Penjelasan metode pengumpulan data yang digunakan (misalnya: observasi, wawancara, pengujian, angket), cara menganalisis data, dll Bahasan selanjutnya:

(c) Deskripsi data yang sudah diolah,

(d) Analisis data dilakukan dengan metode penelitian di atas, dan

(e) Hasil analisis menyajikan temuan yang diperoleh melalui analisis data.

(3) Kesimpulan dan saran:

(a) Kesimpulan menyajikan penafsiran atas hasil analisis

(b) Saran (rekomendasi) menyajikan usulan kepada seseorang, sekelom-pok orang, atau pimpinan lembaga untuk melakukan suatu perbaikan atas kekurangan yang ditemukan dalam penelitian atau pembahasan.

c) Pelengkap kesimpulan (daftar pustaka, lampiran, indeks).

c. Penyuntingan (Editing) : Penyuntingan naskah, penyuntingan materi, dan penyuntingan bahasa.

d. Penulisan naskah yang sudah sempurna, tanpa kesalahan.

e. Presentasi yaitu menyajikan hasil akhir penulisan makalah atau skripsi.

B. Topik Karangan

Topik karangan adalah ide sentral yang berfungsi mengikat keseluruhan uraian, deskripsi, penjelasan, dan seluruh pembuktian. Topik merupakan inti bahasan yang menjiwai seluruh karangan. Seluruh karangan harus mencerminkan topik tersebut.

Fungsi topik karangan

1. Mengikat keseluruhan isi,

2. Menjiwai seluruh pembahasan: pendahuluan (latar belakang, masalah, tujuan, ruang lingkup); bahasan utama (uraian, ilustrasi, deskripsi, pembuktian, narasi, penjelasan); dan singkatan;

3. Mengendalikan variabel : topik yang terikat dua variabel, pembahasanya juga terdiri atas dua bagian, jika topik menyatakan hubungan kedua variabel, pembahasanya juga juga terkait dengan hubungan tersebut;

4. Memudahkan pengembangan ide bagi penulis, bagi pembaca memudahkan pemahaman,

5. Memberikan daya tarik pembaca.

Indikator topik yang baik:

1. Topik yang baik

a. Topik yang baik bagi penulis, sesuai dengan: bidang keahliannya, bidang studi yang didalami, pengalaman penulis, pengalaman kerja, praktik di lapangan, penelitian, partisipasi dalam bidang ilmiah, bidang kerja atau profesi, karakter penulis (baik, cerdas, inovatif da kreatif), temuan yang pernah diteliti, kualifikasi pengalaman nasional, internasional) kemam-puan memenuhi tuntutan masyarakat, kemam-puan memenuhi kebutuhan pembacanya, dan temuan baru dalam bidang iptek yang diper-lukan pembaca.

b. Topik yang baik bagi pembaca, adalah topik yang dapat mengembangkan poptensi pem-bacanya, yaitu untuk mencapai target informasi yang diharapkan, untuk meningkatkan kecerdasan, meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengembangkan dan meningkatkan karier dan profesinya, upaya mempertajam dan memperhalus daya nalar, sesuai dengan kebutuhan informasi iptek yang diperlukan dll.

2. Manarik untuk ditulis dan dibaca,

Topik yang menarik bagi penulis akan meningkatkan kegairahannya dalam mengem-bangkan penulisannya, dan bagi pembaca akan mengundang untuk membacanya.

3. Dikuasai dengan baik

Untuk menghasilkan karangan yang baik, penulis harus menguasai teori-teori (data sekunder), data di lapangan (data primer).

4. Terbatas

Topik harus terbatas. Pembatasan mancakup: konsep, variabel, data, lokasi (lembaga) pengum-pulan data, dan waktu pengumpulan data.

5. Didukung data

Data merupakan bagian dari pembuktian. Oleh karena itu data harus relevan dengan pembatasan masalah. Selain itu data juga berfungsi untuk mendukung proses penalaran, terutama dalam menarik kesimpulan. Jenis data yang diperlukan yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Sekunder

Data sekunder ialah bukti teoritik yang diperoleh melalui studi pustaka.

b. Data Primer

Data primer adalah bukti penulisan yang diperoleh di lapangan yang dilakukan secara langsung oleh penulisnya. Untuk pembuktian suatu kasus penulisan ilmiah (laporan), penulis harus mengumpulkan data atau informasi secara cermat dan tuntas. Jika data tidak lengkap kesimpulan yang dihasilkan tidak valid (tidak sah). Selain itu data juga harus diuji kebenaran dan keabsahannya. Oleh karena itu, sebelum digunakan dalam karangan data harus diuji atau dievaluasi kebenaranya sehingga diketahui secara pasti data itu merupakan fakta. Data dapat diuji dengan wawancara, angket, observasi/penelitian lapangan, atau pene-litian kepustakaan.

Pengumpulan Data Primer

1) Pengalaman Kerja,

Pengalaman kerja di lapangan merupakan sumber data primer yang sangat berharga. Mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dalam bidang profesi sama dengan bidang yang ditekuni di bangku kuliah dapat menulis karangan ilmiah (skripsi, makalah karya, dan sejenisnya) berdasarkan sumber data di tempat ia bekerja.

2) Wawancara

Wawancara atau interview adalah cara mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seseorang informan yaitu orang yang ahli dan berwenang dalam masalah yang Anda tulis.

Keuntungan wawancara antara lain:

(a) secara kualitatif hasilnya wawancara dapat dipertanggungjawabkan,

(b) nilainya tinggi,

(c) kesalahan dapat dihindari,

(d) informan dapat memberikan keterangan tambahan, dan

(e) pernyataan dapat dikembangkan lebih lanjut.

Kelemahan wawancara antara lain:

(a) informasi yang terkumpul terbatas,

(b) memerlukan waktu yang lama, dan

(c) pelaksanaannya tergantung kepada kesiapan informan dan pewanwancara.

Langkah-langkah wawancara:

(a) Siapkan daftar pertanyaan sesuai data yang diinginkan.

(b) Ajukan pertanyaan berdasarkan data tersebut, jika terdapat informasi yang menarik dan relevan dengan data yang diperlukan, Anda dapat menggunakan pertanyaan di luar daftar tersebut.

(c) Daftar pertanyaan sebaiknya dijawab langsung oleh informan.

3) Angket

Angket adalah pengumpulan data dengan daftar pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang disertai jawaban pilihan. Infroman cukup memberikan jawaban berdasarkan data yang diketahuinya.

Keuntungan angket: secara kuantitatif dapat mengumpulkan data yang banyak dalam waktu singkat.

Kelemahan angket: dapat terjadi salah paham antara informan dan pencari data karena ketidakjelasan pertanyaan sehingga menghasilkan data yang salah.

4) Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung kepada objek yang diteliti.

Keuntungan observasi:

(a) dapat menjaring data secara intensif,

(b) analisis dan pengujian kembali dapat dilakukan

(c) diperoleh gambaran yang menyeluruh dan lebih akurat

(d) dapat dilakukan sesudah wawancara dan angket, dan

(e) objektif dan sesuai dengan keadaan fakta yang diperlukan.

Kelemahan observasi:

Dalam kondisi tertentu observasi memer-lukan biaya yang sangat besar, sulit dijangkau, serta tergantung pada tempat dan lokasi.

5) Pendapat dan Sikap

Penelitian pendapat dan sikap memerlukan dukungan data yang diperoleh secara langsung dari orang yang diteliti melalui:

(a) wawancara langsung kepada orang yang diteliti,

(b) tes skala sikap/pendapat, misalnya: amat setuju, agak setuju, ragu-tagu, kurang stuju, tidak setju. Penilaian pernyataan opsitif 5, 4, 3, 2, dan 1. Pernyataan negative, kebalikan dari penilaian 1, 2, 3, 4, dan 5. Jawaban tes ini dapat dianalisis secara kuantitatif,

(c) Analisis kualitatif dilakukan dengan berbagai pendekatan, misalnya pendekatan budaya, psikis, dan agama, serta,

(d) Pengamatan langsung kepada orang yang akan diteliti dengan mendes-kripsikan segala informasi yang diperlukan.

C. Judul Karangan

Topik ialah pokok pembicaraan dalam keseluruhan karangan yang akan dibahas. Setelah diperoleh topik yang sesuai, topik tersebut dinyatakan dalam suatu judul yaitu nama atau title karangan. Dalam karangan fiktif (roman, novel, cerita pendek), topik tidak sama dengan judul, misalnya : judul buku Siti Nurbaya, topik yang dibahas “kasih tak sampai.”

Syarat judul yang baik:

1) Sesuai dengan topik

Karangan ilmiah formal judul karangan sama dengan topiknya.

Contoh:

Topik: Analisis fungsi penjualan produk terhadap kinerja bisnis

Judul: Analisis fungsi penjualan terhadap kinerja bisnis PT Semen Cibinong pada 2009.

2) Sesuai dengan isi karangan

Karangan ilmiah harus membatasi konsep, lokasi, dan tempat, untuk memastikan data sekunder, data primer yang diperlukan.

3) Berbentuk frasa (bukan kalimat)

Judul dinyatakan dalam bentuk frasa dan bukan kalimat. Frasa adalah kelompok kata yang mengandung makna. Frasa tidak mengandung unsur subjek dan predikat, sedang kalimat mengandung unsur subjek dan predikat.

Contoh:

a) Upaya mengembangkan inovasi kabel listrik dengan serat optik (benar)

b) Inovasi baru mengubah kabel listrik dengan serat optik (salah)

4) Singkat

Indikator singkat: mudah dipahami, mudah diingat, tidak melebihi 9 kata (tidak termasuk kata tugas)

Contoh:

(a) Analisis fungdi bahasa Indonesia dalam komunikasi bisnis pada pelayanan pajak di DKI Jakarta

(b) Pengaruh penjualan terhadap laba usaha PT Semen CIbinong 2009

(c) Upaya meningkatkan pendapatan melalui sektor pajak

5) Jelas

Topik karangan yang jelas sangat membantu penulis mengendalikan variable.

Indikator topik yang jelas ditandai berikut ini:

b) menggunakan kata lugas (denotasi).

c) fungsi setiap kata dapat diukur secara operasional,

d) tidak menggunakan kata kias

e) hubungan variabel bebas dan terikat menunjukan arah yang jelas.

Contoh:

a) Pengembangan sumber daya laut terhadap peningkatan pendapatan daerah (kurang jelas)

b) Upaya meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor perikanan laut pada Pemerintah DKI Jakarta (lebih jelas).

D. Kalimat Tesis

Untuk menyusun sebuah kerangka karangan diperlukan kalimat tesis. Kalimat tesis adalah rumusan singkat gagasan sentral sebuah karangan. Kalimat tesis merupakan ide sentral karangan yang disusun secara teknis.

Ciri-ciri tesis yang baik:

1. berisi gabungan rumusan topik dan tujuan;

2. penekanan topik sebagai suatu pengungkapan pikiran;

3. pembatasan dan ketepatan rumusan;

4. berupa kalimat lengkap terdapat subjek dan predikat (objek);

5. Menggunakan kata khusus dan denotatif (lugas);

6. berupa pernyataan positif – bukan kalimat tanya, bukan kalimat seru, dan bukan kalimat negatif;

7. dapat mengarahkan, mengembangkan, dan mengendalikan penulisan, dan

8. dapat diukur dan dibuktikan kebenaranya.

Contoh:

Topik : Upaya meingkatkan penjualan sepatu bata di Asean 2009.

Tujuan : Membuktikan bahwa sepatu bata Indonesia diminati oleh konsumen di Asean 2009.

Tesis : Pemasaran sepatu bata di Asean 2009 dapat dingkatkan dengan mempertinggi daya saing terhadap produk lain.

E. Kerangka Karangan

Mengarang adalah mengorganisasi ide. Pengorganisasian ide diawali dengan menyusun kerangka karangan. Dengan kerangka karangan, rangkaian ide dapat disusun secara sistematis, logis, terstruktur, dan teratur.

Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang mengandung ketentuan bagaimana kita menyusun karangan itu. Kerangka karangan juga akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran bagi target pembacanya. Selain itu kerangka karangan akan menghindarkan kemungkinan kesalahan terutama dalam mengembangkan detail-detailnya.

Fungsi kerangka karangan:

1. memudahkan pengendalian variabel,

2. memperlihatkan pokok bahasan, sub-sub-bahasan, dan memberi kemungkinan perluasan bahasan tersebut sehingga memungkinkan penulis menciptakan suasana kreatif sesuai variasi yang diinginkan.

3. mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirmuskan dalam topik, judul, masalah, tujuan, dan kalimat tesis,

4. memudahkan penulis menyusun karangan secara menyeluruh

5. mencegah ketidaklengkapan pembahasan ide,

6. memperlihatkan kekurangan atau kelebihan materi pembahasan.

Bentuk kerangka karangan dapat dibedakan atas kerangka kalimat dan kerangka topik.

1. Kerangka kalimat menggunakan kalimat deklaratif (berita) yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, subtopik maupun sub-sub topik.

Contoh:

I. Pendahuluan

1. Latar belakang membahas kesenjangan konsep ideal dan fakta, kajian pustaka, dan penalaran yang menimbulkan masalah.

2. Masalah merumuskan pernyataan yang hendak dibahas.

3. Tujuan berisi upaya yang hendak dicapai.

4. Pembatasan masalah merinci ruang lingkup pembahasan konsep, tempat penelitian dan waktu penelitian.

5. Metode pembahasan menguraikan cara menganalisis.

II. Deskripsi teori berisi kajian teoritik variable pertama dan kedua.

1. Deskripsi variable pertama, teori x berisi definisi dan deskripsi singkat.

2. Deskripsi variable kedua, teori y berisi definisi dan deskripsi singkat.

III. Metode Penelitian membahas cara meneliti, cara mengumpulkan data, dan cara menganalisis sampai mendapatkan hasil analisis data.

IV. Deskripsi data menggambarkan data, menganalisis data, dan hasil analisis.

V. Keimpulan menafsirkan hasil analisis, dan menyampaikan saran atau rekomendasi.

2. Kerangka topik berisi topik dan sub-subtopik yang berupa frasa, nukan kalimat lengkap.

Menyusun kerangka karangan berarti merinci topik berdasarkan kalimat tesis ke dalam subtopik, merinci subtopik menjadi unsur-unsur subtopi yang lebih kecil. Untuk menyusun kerangka karangan perhatikan proses berikut ini:

a. Merumuskan topik menjadi rumusan masalah, tujuan, dan kalimat tesis,

b. Menyusun rincian kalimat tesis menjadi tesis kerangka dasar/ ragangan yang terdiri pendahuluan dan bahasan utama, masing-masing disertai judul bab.

c. Merinci kerangka dasar (ragangan) menjadi kerangka sempurna dengan merinci bab menjadi subbab, dan merinci subbab menjadi sub-subjudul yang lebih kecil, serta tambahan unsur pembuka dan unsur penutup.

Misalnya, kita akan menulis karangan mengenai kegiatan sebuah universitas pada periode tertentu. Mula-mula kita memecahkan merinci kaimat tesis menjadi topik tersebut ke dalam suatu babakan besar. Perhatikan contoh berikut ini.

Tesis : Manajemen pemasaran sepatu bata di Asean sampai dengan pertengahan 2009 belum optimal sehingga perlu diupayakan peningkatannya dengan mempertinggi daya saing terhadap produk lain.

Kerangka kasar menuju kerangka sempurna

Kerangka kasar (ragangan)

I. Penjualan yang sedang berlangsung

II. Peningkatan penjualan

III. Prospek penjualan 2009

Setelah diperoleh kerangka dasar, penulis memikirkan rincian setiap bab kasar di atas menjadi sebuah kerangka yang lebih terinci.

Upaya meningkatkan penjualan sepatu bata di Asean 2009.

I. Penjualan yang Sedang Berlangsung

1.1 Konsep Penjualan Tradisional

1.2 Kualitas Produk

1.3 Promosi

II. Peningkatan Penjualan Periode 2009

2.1 Strategi Penjualan

2.2 Kualitas Produk Standar Internasional.

2.3 Promosi Multimedia.

Untuk Menyusun kerangka karangan yang baik, penulis perlu memperhatikan kriteria berikut:

1. Menggunakan bentuk kerangka standar,

2. Menggunakan inden atau lurud secara konsisten, dan tidak mengombinasikan bentuk-bentuk tersebut secara bersamaan dalam sbuah kerangka karangan,

3. Menggunakan penomoran secara konsisten (angka desimal; angka romawi; kombinasi angka romawi, huruf, dan angka arab),

4. Setiap judul bab diberi nomor secara konsisten,

5. Setiap detai unsure diberi nomor secara konsisten,

6. Penomoran tidak melebihi empat angka (digit), dan

7. Kerangka karangan tidak sama dengan daftar isi.

Kerangka sistem lekuk, dengan angka romawi, huruf kapital, dan angka arab.

Upaya Meningkatkan Krativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan

I. Pendahuluan

II. Potensi Akademik Mahasiswa

A. Potensi Kecerdasan

B. Keahlian BIdang Studi

C. Tenaga Kerja Intelektual

III. Paradigma Kewirausahaan

A. Potensi Kewirausahaan

B. Sumber Kreativitas Baru

C. Budaya Kewirausahaan

IV. Strategi Berwirausaha

A. Staregi Awal

1. Konsep

2. Modal

3. Produk

4. Pasar

B. Evaluasi Perencanaan dan Pengembangan

C. Perencanaan Awal

D. Pengembangan Semester Pertama

E. Evaluasi dan Pengembangan Semester Kedua

F. Evaluasi, Prencanaan, dan Pengembangan Tahun Kedua.

Kerangka sistem Lurus dengan angka romawi dan desimal

Upaya Meningkatkan Krativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Pembatasan Masalah

1.5 Manfaat Penelitian

BAB II KERANGKA TEORI

1.1 Deskripsi Teori

1.1.1 Deskripsi teoritik variable pertama (definisi, gambaran konsep)

1.1.2 Deskripsi teoritik variable kedua (definisi, gambaran, konsep)

1.2 Kerangka Berpikir

1.3 Rumusan Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN

1.1 Metode Penelitian

1.2 Populasi dan Sampel

1.3 Variabel

1.4 Instrumen

1.5 Prosedur Pengukuran

1.6 Teknik Analisis

BAB IV HASIL PENELITIAN

1.1 Deskripsi Data

1.2 Pengujian Data

1.3 Hasil Pengujian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan (interpretasi atas hasil penelitian)

1.2 Saran


Penalaran Karangan


  1. 1.   Pengertian Penalaran

Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu: (1) proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan, (2) menghubung-hubungkan fakta atau datasampai dengan suatu simpulan, (3) proses menganalisis suatu topic sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru, (4) proses mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan derajat hubungan dan simpulan, (5) pembahasan suatu masalah sampai menghasailkan suatu simpulan atau pengertian baru.

Unsur-unsur penalaran karangan ilmiah:

1)      Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian dan berisi sekurang-kurangnya dua variable.

2)      Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.

3)      Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:

(a)    Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta. Misalnya: Rajin pangkal pandai.

(b)    Proposisi mutlak yaitu pembenaranyang tidak memerlukan pengujian. Missalnya: Kursi adalah tempat untuk duduk.

(c)     Proposisi hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi. Misalnya: Jika dilamar, Icha akan menerimanya.

(d)    Proposisi kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat. Misalnya: Tedi akan menikahi Komala.

(e)    Proposisi positif universal pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak. Misalnya: Semua yang hidup mempunyai cinta.

(f)     Proposisi positif parsial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsure pernyataan tersebut bersifat positif. Misalnya: Sebagian mahasiswa ingin cepat lulus.

(g)   Proposisi negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal. Misalnya: Tidak ada cinta bagi yang mati.

(h)   Proposisi negatif parsial yaitu kebalikan darai proposisi positif parsial. Misalnya: Sebagian pelajar tinggal kelas.

4)      Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu kesimpulan.

5)      Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan argumen (alasan), argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justifikasi (pembenaran).

6)      Sistematika yaitu seperangkat proses atas bagian-bagian atau unsure-unsur proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.

7)      Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.

8)      Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.

9)      Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklarifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.

10)   Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya. Ini harus disertai dukungan yang berupa: metode analisis, baik manual maupun berupa softwer (misalnya: SPSS). Selain itu, pembuktian harus disertai data yang mencukupi, fakta, contoh, dan hasil analisis yang akurat.

11)   Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif atau deduktif.

12)   Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran atas hasil pembahasan. Dapat berupa implikasi atau inferensi.

  1. 2.   Penalaran Induktif

Proses bernalar, pada dasarnya, ada dua macam, yaitu induktif dan deduktif. Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri dengan kesimpulan umum. Kesimpulan inin dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus. Ada tiga macam penalaran induktif, diantaranya: generalisasi, analogi, dan sebab-akibat.

Generalisasi adalah proses penalaran berdasarka pengamatan atas sejumlah data yang bersifat khusus yang disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum. Analogi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas data khusus dengan membandingkan atau mengumpamakan suatu objek yang sudah teridentifikasi secara jelas terhadap objek yang dianalogikan sampai dengan kesimpulan yang berlaku umum. Sebab-akibat adalah proses penalaran berdasarka hubungan antardata yang mengikuti pola sebab-akibat, akibat-sebab, sebab – akibat-akibat.

Contoh:

(1)   Seorang polisi lalu lintas mengidenfikasi proses terjadinya kecelakaan lalu lintas di perempatan Rawamangun Muka, persilangan Rawamangun MUka-Utan Kayu dan Cililitan-Tanjung Priok, yang terjadi pada tanggal 11 April 2011 pukul 07.30 pagi tadi. Sebuah truk dari arah Cililitan menabrak bajaj sehingga terpental 100 meter, bagian depan truk penyok sedalam 15 cm, dan supir bajaj terpental keluar dari kendaraannya. Seorang saksi mata menuturkan bahwa bajaj tersebut terpental berguling-guling di udara. Dalam pengamatannya, melalui proses penghitungan waktu, polisi menyatakan bahwa pada saat truk melintas dari arah Cililitan ke Rawamangun Muka lampu hijau menyala dan dibenarkan oleh para saksi. Polisi juga menyatakan bahwa dalam keadaan lampu menyala merah sebuah bajaj berkecepatan tinggi dari arah Tanjung Priok menerobos sehingga tertabrak oleh truk yang sedang berbelok dari arah selatan kea rah Rawamangun Muka. Hasil pengamatan: supir bajaj terbukti bersalah. Kesimpulan: (1) supir bajaj menanggung biaya kerusakannya sendiri, (2) supir bajaj mengganti biaya perbaikan truk yang menabraknya, (3) supir bajaj membayar denda atas pelanggarannya.

Karangan ilmiah kualitatif induktif dilandasi penalaran (1) observasi data, (2) menyusun estimasi (perkiraan desain), (3) verifikasi analisis pembuktian, (4) pembenaran/komparasi konstan (terus-menerus dan berkelanjutan sampai suatu simpulan), (5) konfirmasi (penegasan dan pengesahan) melalui pengujian hipotesis, (6) hasil generalisasi/induksi, (7) konklusi (simpulan: penafsiran atas hasil berupa implikasi atau inferensi).

Proses bernalar diawali dari topic sampai dengan simpulan: Topik – (mendesain kerangka dasar penalaran) menjadikannya sebuah kerangka karangan – (mendesain metode) pengumpulan data, deskripsi data, dan analisis – (menetapkan) hasil analisis – kesimpulan (menafsirkan hasil analisis).

Gb. 1 perbandingan penalarn indduktif dan deduktif.

  1. 3.   Penalaran Deduktif

      Penalaran deduktif adalah suatu proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri simpulan khusus yang berupa prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus. Karangan deduktif mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan tehnik pengembangannya maupun uraian isinya. Dalam paragraf sederhana jenis-jenis tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.

Contoh:

(2)   Kegiatan LKMSM (Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Siswa Muslim) pada bulan Ramadhan sangat meriah. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh Siswa-siswi Kota Depok yang diadakan di sekolah SMAN 1 Depok.Dan yang dibimbing oleh Mahasiswa UI Depok. Semua Siswa-siswi yang mengikuti kegiatan tersebut sangat semangat apalagi para Panitia dan Pembimbing sudah menyiapkan Hadiah dan Sertifikat untuk Siswa yang berprestasi saat mengikuti acara.

Paragraf di atas berupa karangan deduktif. Proses penalaran diawali dengan (1) pernyataan yang bersifat umum: Kegiatan LKMSM (Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Siswa Muslim) pada bulan Ramadhan sangat meriah, (2) pembahasan kuantitasi peserta, (3) spesifikasi keadaan kegiatan, (4) pemberian hadiah dan sertifikat untuk siswa yang berprestasi saat mengikuti acara.

Dalam karangan (laporan penelitian) deduktif kuantitatif ditandai dengan penggunaan angka kuantitatif yang bersifat rasional. Secara rinci proses penalaran tersebut menguraikan:

1)       Bidang observasi: berdasarkan bidang studi kajian,

2)       Rumusan masalah: pertanyaan yang akan dibahas,

3)       Kerangka teori: berisi pola pembahasan variable,

4)       Tujuan: tahapan kegiatan yang hendak dicapai,

5)       Rumusan hipotesis dan penjelasannya,

6)       Deskripsi data: diperlukan untuk pengujian hipotesis,

7)       Desain penelitian (metode penelitian): proses pengumpulan data, pengolahan, hasil analisis data, sampai dengan simpulan,

8)       Analisis data,

9)       Hasil analisis,

10)   Simpulan deduktif: interpretasi atas hasil.

 

3.1 Urutan Logis

Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangkan dalam urutan logis, sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disusun berdasarkan urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat), proses, kepentingan, dan sebagainya. Berikut beberapa contoh paragraf dalam urutan tersebut.

3.1.1 Urutan Peristiwa (Kronologis)

Karangan dengan urutan peristiwa secara kronologis berarti menyajikan bahasan berdasarkan urutan kejadian. Peristiwa yang terjadi lebih dahulu diuraikan lebih dulu, peristiwa yang terjadi kemudian diuraikan kemudian. Urutan dapat disajikan dengan pola sebagai berikut:

Cara pertama: urutan kronologis secara alami.

Peristiwa 1,

Peristiwa 2,

Peristiwa 3, dan seterusnya.

Cara kedua: urutan peristiwa dengan sorot balik (flashback).

  1. Peristiwa terakhir
  2. a. Peristiwa pertama

b. Peristiwa kedua

c. Peristiwa ketiga

  1. Peristiwa terakhir.

(1)   Peristiwa terakhir, (2) peristiwa pertama s.d. ketiga dalam bentuk sorot balik atau flashback, (3) kembali peristiwa terakhir dan melanjutkan cerita.

3.1.2 Urutan Ruang

            urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang.

Contohnya:

(3)               Di tengah sebuah kamar yang teduh, aku duduk bersila sambil ditemani angin yang pelan. Asalnya dari kipas angin tua yang berada semeter di sampingku. Pasti kipas renta itu bosan karena yang dilakukannya dari tadi hanya memutar baling-balingnya. Jika aku menengadah ke atas, aku akan melihat sebuah lampu menumpahkan cahayanya ke seluruh penjuru kamar. Kamar ini kira-kira memiliki besar yang sama dengan setengah besar lapangan tenis. Di depanku ada sebuah ranjang yang hanya muat untuk satu orang. Di atasnya ada tiga bantal berserakan. Bantal di ujung kanan dan kiri bergambar Spiderman dan Batman, sedangkan bantal di antara keduanya bergambar bunga-bunga. Aku jadi penasaran apa yang kira-kira bisa dilakukan dua “superhero” dunia dengan bunga-bunga di atas ranjang.

Sebuah jam dinding berwarna cokelat digantung di atas meja belajar di dekat pintu. Pukul satu dini hari sekarang. Jarum detik yang tipis berputar dengan rapi dan konsisten. Jarum-jarum jam itu tak pernah mengenal eksistensialisme sebab arah putarannya selalu sama sepanjang waktu. Meja belajar, di bawahnya, sudah terlalu sesak dengan barang-barang nonedukatif. Di atas meja itu ada sebungkus kopi instan, sekotak tisu, kartu remi, botol air mineral yang sudah kosong, obat-obatan, pengharum ruangan dan krim pencuci muka. Lalu di rak atasnya ada satu pak korek kuping, odol, minyak wangi, pencuci rambut, dan kaleng bekas susu. Ada sebuah kursi biru yang melengkapi meja itu, namun jaket putih ditaruh secara asal di situ.

Di samping meja belajar itu ada ruang kosong yang sengaja disediakan agar pintu lemari yang berada di pojok bisa terbuka. Tapi keadaannya tidak betul-betul kosong. Di situ berserakan celana jins, sajadah, sarung, jaket, sapu lidi, timbangan berat badan, keset, dan korek kuping bekas yang semuanya hidup pluralis. Ada sebuah gitar di pojok lain kamar ini. Senar kesatunya sudah putus, membuat senar nada B di atasnya kehilangan satu sahabat resonansi. Alat musik konvensional didalam kamar ini tampaknya hanya gitar itu.

Malam makin larut dan suasana makin sepi. Sebetulnya ada suara-suara kendaraan yang melintas nun jauh puluhan meter di jalan raya, yang sepersekian desibelnya mampu melintas melebihi kecepatan kendaraan itu sendiri dan sampai ke telingaku. Para pengendara malam itu tidak akan pernah menyangka ada seseorang yang sedang mendengarkan mereka. Mereka hanya memikirkan tujuan. Kalau saja aku menyalakan benda elektronik yang ada di kamar ini, misalnya saja televisi yang dari tadi bertengger di atas rak kecil persis di sebelah lemari. Layar empat belas incinya dari tadi merekam setiap gerakanku. Ada antena yang besarnya seperempat televisi itu sendiri. Warnanya oranye, besi-besi transmisinya penyok, dan kabel koaksialnya terbenam di punggung televisi. Mungkin hanya akan terjadi keriuhan kecil karena aku tak mungkin menyalakan benda itu dengan suara keras pada jam seperti ini.

Kita lihat dalam tulisan di atas urutan ruang dipergunakan bersamaan dengan urutan waktu. Untuk menyatakan urutan ruang itu antara lain kita dapat menggunakan ungkapan-ungkapan:

di sana, di sini, di situ,

di, pada,

di bawah, di atas,

di tengah,

di utara, di selatan,

di depan, di muka,

di belakang, di muka,

di kiri, di kanan,

di luar, di dalam,

berhadapan,

bertolak belakang dengan,

berseberangan,

melalui, belok kanan,

belok kiri, ke depan,

ke atas, ke samping,

di sisi, di seberang,

di hadapan,

di persimpangan.

3.1.3 Urutan Alur penalaran

            Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini telah  dibahas pada bagian sebelumnya. Urutan ini menghasilkan paragraf deduktif dan induktif. Dalamkarangan yang panjang terdiri beberapa bab akan menghasilkan bab simpulan.

Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang paragraf-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh lebih mudah dipahami isinya. Dengan membaca kalimat-kalimat pertama pada paragraf-paragraf itu, pembaca dapat mengetahui garis besar isi seluruh karangan (lihat contoh paragraf induktif dan deduktif sebelumnya).

 

3.1.4 Urutan kepentingan

Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan gagasan yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialahdari yang paling penting sampai kepada yang paling tidak penting atau sebaliknya.

Contohnya:

(4)               Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun hipotesis. Yang paling penting ialah penyusunan kerangka berpikir berdasarkan atas suatu teori yang dipergunakan sebagai landasan deduksi.kerangka piker inilah yang akan menentukan apa hipotesis yang diajukan mengenai hubungan variabel yang dimasalahkan. Hal berikut yang tidak boleh diremehkan ialah aspek bahasanya.

Suatu hipotesis harus dinyatakan dalam kalimat pernyataan bahwa hipotesis harus dinyatakan sejelas mungkin dan didukung oleh kalimat sesederhana mungkin.

4. Isi karangan

Isi karangan dapat berupa sajian fakta ( benda,kejadian,gejala,sifat atau ciri sesuatu dan sebagainya ), pendapat /sikap dan tanggapan ,imajinasi ,ramaln dan sebagainya. Karya ilmiah berisi sajian ilmu pengetahuan dan teknologi, membahas permasalahan ,pembahasan dan pembuktian. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan fakta,generalisasi,spesifikasi,klasifikasi,perbandingan dan pertentangan ,sebab-akibat,analogi dan perkiraan (ramalan)

4.1  Generalisasi dan Spesifikasi

Proses penarikan kesimpulan generalisasi disebut generalisasi juga, jadi generalisasi adalah pernyataan yang berlaku untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Suatu generalisasi mencakup ciri-ciri umum yang menonjol bukan rincian. Didalam pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang pembuktian dengan fakta,contoh-contoh ,data statistik dan sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus.

Contoh :

Gempa di aceh 26 desember 2004 yang berkekuatan 9 pada skala rigter itu menimbulkan korban jiwa yang terus berjatuhan hingga 31 desember 2004 di srilanka 28.508 orang, india 10.736 orang, thailand 4.500 orang dan di aceh 79.940 dan cenderung bertambah. Selain itu, hingga 2 januari 2005, sekalipun belum ada angka pasti , korban menderita sakit berat dan cacat tubuh yang diakibatkan oleh gempa dan gelombang tsunami yang sangat dahsyat itu di aceh dapat diperkirakan cukup besar. Korban harta benda, termasuk rumah tinggal yang luluh lantah rata dengan tanah dan sebagian terbawa gelombang air laut  tersebut diperkirakan mencapai belasan triliyun rupiah. Korban gempa di aceh ini merupakan yang terbesar di dunia.

Bagian yang dicetak miring merupakan kesimpulan generalisasi. Generalisasi itu didukukng dengan detail awal yang disusun secara logis menuju generalisasi. Perhatikan kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan generalisasi dan ungkapan pendukung.

Ungkapan generalisasi :

Terbesar, ter…                               tidak pernah

Paling besar,                                  pada umumnya

Semua, setiap                                secara keseluruhan,

Ungkapan pendukung :

Cenderung,                                     pada galibnya,

Pada umumnya,                             selalu,

Sebagian besar,                              dukungan kuantitatif (angka)

Perlu diperhatikan bahwa bukti-bukti atau rincian penunjang harus relevan dengan generalisasi yang dikemukakan. Paragraf yang mencatumkan penunjang yang tidak relevan dipandang tidak logis.

Generalisasi yang mengemukakan fakta disebut generalisasi. Faktual atau opini. Generalisasi faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada generalisasi yang berupa pendapat atau penilaian. Fakta mudah dibuktikan, mudah diuji kebenarannya, sedangkan opini atau penilaian sulit dibuktikan atau diuji. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut :

(1)   a. Kependudukan merupakan masalah pokok dunia

b. Baginya masalah itu terlalu remeh

(2)   a. Guru adalah tenaga kependidikan

b. Sudah selayaknya guru di soroti masyarakat

Dengan segera kita dapat diketahui bahwa pernyataan-pernyataan a mengemukakan fakta sedangkan b mengemukakan penilaian/ pendapat.

Selanjutnya, generalisasi dapat berupa pokok pembicaraan, seperti geografi , sastra/seni, teknologi, bangsa, negara dan sebagainya. Dalam paragraf, generalisasi itu dapat diletakkan pada bagian awal atau akhir.

4.2  Klasifikasi

Klasifikasi adalah pengelompokkan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu. Klasifikasi ada dua jenis yaitu klasifikasi sederhana yang hanya mengelompokkan objek menjadi dua kelompok , misalnya : manusia terdiri dua jenis yaitu pria dan wanita ; dan klasifikasi kompleks yang mngelompokkan objek menjadi tiga kelompok atau lebih, misalnya : usia manusia dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok yaitu anak balita ,anak usia  sekolah SD,SMP dan SMU, orang dewasa dan manula.

Baik klasifikasi sederhana maupun kompleks harus didasarkan kriteria ciri yang menandai fakta yang akan diklasifikasikan. Klasifikasi dalam penalaran ini berbeda dengan pembagian. Tetapi jika kita mengklasifikasi ke dalam lima kelompok menurut indeks prestasi belajarnya, hasilnya :

  • kelompok mahasiswa dengan IPK 4,
  • kelompok mahasiswa dengan IPK 3,
  • kelompok mahasiswa dengan IPK 2
  • kelompok mahasiswa dengan IPK 1 , dan
  • kelompok mahasiswa dengan IPK lebih kecil dari 1

sekumpulan fakta atau data diklasifikasikan berdasarkan kriteria. Misalnya, klasifikasi mahasiswa menurut umurnya, hobinya, jenis kelaminnya, tempat tinggalnya, latar belakang pekerjaan orang tuanya dan sebagainya. Kriteria ini bergantung kepada keperluan atau masalah yang dihadapi. Yang penting kita harus memilih kriteria yang paling logis dan dilakukan secara konsisten.

Dalam pengembangan karangan, klasifikasi merupakan sejenis generalisasi. Fakta yang banyak dikelompokkan menurut persamaan/perbedaab yang ada. Dengan demikian sekurang-kurangnya sudah dikemukakan dua macam generalisasi yaitu generalisasi biasa dan generalisasi klasifikasi contoh :

  1. bahasa-bahasa di madagaskar, formosa, filipina dan indonesia termasuk rumpun bahasa austronesia ( generalisasi klasifikasi )
  2. semua mahasiswa mampu berpikir mandiri ( generalisasi biasa )

untuk menulis klasifikasi  diperlukan kata-kata atau ungkapan berikut :

jenis , tipe,                               dengan mudah dapat dikelompokkan

cara, sumber,                           dengan jelas dapat dibedakan,

bagian,aspek,dipandang,          ditinjau dari,

kategori,ciri-ciri,                      menurut, dapat dibagi,

kelas,dengan mengingat,          golongan, sesuai dengan

contoh :

(8)  Jenis transportasi modem yang digerakkan dengan mesin dapat diklasifikasi menjadi : transportasi udara, laut dan darat. Pertama, transportasi udara terdiri dua jenis, yaitu : pesawat terbang sipil dan pesawat terbang militer. Kedua, transportasi darat terdiri dari kereta api, mobil dan sepeda motor ; masing-masing dapat digunakan untuk keperluan militer maupun sipil. Selain itu, masing-masing terdiri beberapa jenis berdasarkan daya angkut, kecepatan melaju atau kapasitas penumpang. Ketiga, transportasi laut menggunakan kapal. Kapal ini dapat diklasifikasi berdasarkan besar-kecilnya, daya jelajahnya, fungsinya dan sebagainya.

4.3 Perbandingan dan Pertentangan

Perbandingan dan pertentangan sebenarnya merupakan dua hal yang berbeda tetapi erat hubungannya sehingga seringkali dibicarakan bersama-sama. Keduanya seringkali terdapat dalam satu karangan.

Perbandingan membahas kesamaan dan kemiripan sedangkan pertentangan membahas perbedaan dan ketidaksamaan. Kalimat-kalimat berikut merupakan indikator perbandingan dan pertentangan.

Dahulu di gunung kidul air sangat langka,sekarang mudah didapat.

Perbedaan sistem liberal dan demokrasi pancasila

Apa persamaan antara suling dengan klarinet?

Anak muda sekarang lebih bebas bergaul daripada anak muda dahulu

India adalah negara benua sedangkan indonesia adalah negara maritim.

Perhatikan contoh berikut

(9)  kerangka karangan ada dua macam yaitu kerangka topik dan kerangka kalimat. Keduanya sama baiknya. Perbedaannya terletak pada bentuk dan pemakaiannya. Kerangka topik terdiri dari butir-butir yang merupakan topik-topik dan digunakan jika kita mengemukakan taraf-taraf dalam suatu proses, kerangka kalimat terdiri dari butir-butir yang merupakan kalimat dan merupakan bentuk yang lebih baik jika kita mengemukakakan gagasan.

Paragraf di atas sekaligus mengemukakan perbandingan dan pertentangan, yaitu persamaan dan perbedaan antara kerangka topik dan kerangka kalimat. Kata-kata/ungkapan yang dipergunakan untuk menyatakan perbandingan dan pertentangan di antaranya :

Untuk membandingkan:                                                          Untuk mempertentangkan:

Sama dengan,                                                              berbeda dengan,

Seperti,                                                                                    bertentangan dengan,

Seperti halnya,                                                                         berlawanan dengan,

Menyerupai,                                                                ….sedangkan…..,

Hampir sama dengan,                                                  sebaliknya

Selaras dengan,                                                                        dipihak lain,

Sesuai dengan,                                                             kurang dari,

Tepat sama dengan,                                                     tidak sama dengan,

Demikian juga,                                                                        akan tetapi,

Sama saja,                                                                    halnya dengan,

Serupa dengan,                                                                        meskipun,

Sejalan dengan,                                                                        lain halnya dengan.

Perhatikan contoh perbandingan berikut ini.

(10)                                          Ion Hutan dan Plasmacluster

Hutan memiliki mekanisme membersihkan udara secara alami. Proses berlangsung dengan prinsip keseimbangan ion positif dan ion negatif. Penelitian Sharp Corporation menyebutkan bahwa hutan memiliki lebih kurang 4200 ion/cc udara ion positif dan ion negatif. Sedangkan udara perkotaan mengandung ion negatif 100 ion/cc dan 500 ion/cc. Namun, kondisi ini kurang efektif mengurangi bakteri dan jamur. Ini berbakti belum efektif mengurangi sumber penyakit yang ditimbulkan oleh polusi udara dalam ruang.

Generator plasmacluster( Sharp)  didesain untuk menghasilkan ion positif dan ion negatif, masing-masing 50.000 ion setiap detik. Penelitian departemen biologi ITB menyimpulkan plasmacluster mampu menonaktifkan bakteri di ruang sebesar 320  hingga 100% selama 6 jam dan jamur hingga 100% dalam waktu 12 jam. Selain  itu penelitian kitasato research centre of environmental sciences ( jepang, ion positif dan ion negatif dapat mengatasi bakteri, jamur dan virus. ( kompas, 20 Agustus 2004 )

(11)      film misteri bertentangan dengan upaya mencerdaskan anak. Banyak orang tua mengeluhkan anaknya menjadi penakut. Mereka mengambil minum di ruang makan sendiri pun tidak berani. Bahkan, mereka belajar pun juga harus ditemani. Ibu yang menemani tertidur, ia pun ikut tidur. Namun, tayangan acara tersebut tetap berlangsung. Iklan yang mendukung acara ini juga banyak. Artinya, tayangan  film ini cukup laku : banyak penggemar dan banyak sponsor.

4.4  Sebab dan Akibat

Suatu peritiwa dapat menyebabkan serangkain akibat sehingga timbullah serangkaian sebab-akibat. Dalam proses sebab-akibat, sebab dan akibat itu kerap kali tidak jelas, mana sebab dan mana akibat. Setiap titik pada sisi lingkaran dapat merupakan awal dan akhirnya. Peristiwa awal merupakan sebab terhadap peristiwa berikutnya dan sebaliknya.

Sebab-akibat ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1)      Satu sebab-satu akibat

2)      Sebab-akibat berkelanjutan  membentuk lingkaran

3)      Satu sebab-banyak akibat

4)      Banyak sebab-satu akibat

5)      Sebab- akibat berkelanjutan menuju situasi memburuk

6)      Sebab-akibat berkelanjutan menuju situasi  membaik

Proses mengarang dengan penalaran sebab-akibat: 1) menentukan topik, 2) menentukan pola, 3) menetukan sebab, 4) mulai menulis dengan kalimat topik yang menjadi sebab, 5) menjelaskan sebab-sebab tersebut, mengapa sebab-sebab itu bisa terjadi, 6) menyebutkan/ menjelaskan akibat yang ditimbulkan.

Kata atau ungkapan yang lazim digunakan :

Oleh sebab itu, dengan pertimbangan bahwa

Oleh karena itu,                                   dengan alasan itu

Akibatnya,                               dengan alasan itu

Alhasil, jadi,                            pengalaman membuktikan bahwa

Sebab,                                      karena,

Contoh :

(12)   Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) diawali pada masa orde baru. Pada ,masa itu, KKN mulai lahir, tumbuh menjadi besar dan menyebar ke seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa indonesia. Penyebaran bagaikan virus ganas,KKN merasuki berbagai lembaga eksekutif,legislatif dan yudikatif. Bahkan, pada tahun 2004 ini begitu banyak kasus KKN di kalangan DPRD di berbagai daerah terungkap. Akibatnya, begitu banyak masalah bangsa sulit teratasi. Misalnya pencurian penebangan hutan secara liar hingga saat ini 2004 masih berlangsung. Orang yang berakal  sehat tidak percaya, pemerintah tidak mampu mengatasi pencurian hutan, pencemaran lingkungan, narkoba dan lain-lain. Selain itu, pertumbuhan ekonomi terlalu lambat, kepastian hukum tidak berlangsung semestinya, kualitas SDM menjadi amat rendah di banding negara lain yang dulunya di bawah kualitas bangsa indonesia.

4.5 Analogi

Analogi adalah suatu bentuk kias persamaan atau perbandingan dua atau lebih objek yang berlainan, misalnya manusia dan semut, malaikat dan manusia. Kedua objek tersebut dicari persamaannya ( bukan perbedaannya ). Pengungkapan, secara garis besar analogi dapat dibedakan atas :

  1. Analogi sederhana
  • Mudah dipahami karena mencari persamaan dua objek yang tidak menuntut penjelasan fakta secara mendalam dan sudah lazim diketahui.
  • Mencari persamaan dua objek berdasarkan salah satu dari objek yang sudah diketahui
  • Contoh : gadis itu bagaikan bunga mawar di kelas kami.
  1. Analogi yang berupa kiasan
  • Sulit dipahami karena bersifat subjektif dan berdasarkan situasi pembicaraan yang sedang berlangsung.
  • Contoh : daya pikir mahasiswa itu tajam. Kata tajam tidak dapat diukur secara objektif

Analogi berdasarkan pengungkapan isi :

  1. Analogi deklaratif
  • Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaannya dengan objek yang sudah dikenal
  • Tidak menghasilkan simpulan
  • Kata-kata yang digunakan : bagaikan,laksana, seperti ,bagai, se….( kata keadaan, misalnya “ seindah” )

Contoh :

(13)  Ia berdiri di depanku dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan batara kala yang sedang marah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari tangan kirinya di meja, seperti militer siap tembak musuh, ia memukul meja di hadapannya, sambil berteriak tak terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan seperti guntur di musim panas. Semua orang yang hadir terdiam dan mengecut seperti bekicot disiram garam.

2.  Analogi induktif

  • Menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru, berdasarkan persamaan ciri utama dengan objek yang sudah dikenal,
  • Menghasilkan suatu kesimpulan induktif yang khusus, seperti : pengetahuan baru, tindakan baru atau pengetahuan baru berdasarkan ciri dasar atas objek lama terhadap fakta baru.

Contoh :

(14) Pada pertengahan juli  1981, saya pergi ke kampus university untuk mengikuti kuliah pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut maka saya dapat berjalan santai sambil menikmati musim panas yang masih terasa sejuk. Di depan kampus, tiba-tiba saya mendengar teriakan,”Halo indonesia.” Saya menengok ke arah suara, sambil bertanya. “How do you know?” Mereka bertiga menjawab dalam bahasa indonesia. “Mudah saja.” Walaupun anda tampak seperti orang philipin, jalan anda persis seperti orang indonesia, “Santai!” Dengan pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan saya. Walaupun tidak secepat orang inggris atau orang eropa pada umunya, saya harus membiasakan berjalan secepat mereka. Mereka benar. Orang berjalan santai beresiko dicopet, dipalak atau sejenisnya oleh orang yang akan memanfaatkan kelengahan orang lain. Tegasnya, saya harus berjalan cepat seperti kebiasaan orang eropa.

Sepintas lalu kesimpulan analogi menyerupai generalisasi. Yang dipergunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan ialah gejala-gejala khusus yang diamati. Akan tetapi harus diingat, dalam generalisasi lebih bersifdat umum , lebih luas daripada yang dinyatakan dalam premis-premisnya. Sebaliknya, pada analogi kesimpulan bersifat khusus. Jadi, proses analogi induktif dari fakta yang dibandingkan langsung ditarik kesimpulan khusus. Dalam contoh di atas, simpulan induktif “ saya harus berjalan secepat kebiasaan orang eropa”. Induksi ini berlaku bagi saya dan tidak berlaku bagi orang indonesia yang berupa induksi dalam bentuk generalisasi.

4.6 Ramalan dan Perkiraan

Ramalan adalah semacam inferensi yang berisi pernyataan tentang sesuatu yang terjadi pada waktu yang akan datang. Berdasarkan proses dan landasan berpikir, ramalan dibedakan atas ramalan tidak ilmiah dan ramalan ilmiah. Ramalan tidak ilmiah adalah ramalan yang diperoleh melalui prosedur yang tidak ilmiah, misalnya sesuatu yang bersifat gaib. Ramalan ilmiah (perkiraan) disusun berdasarkan hasil penalaran ilmiah : perhitungan atas fakta, pengalaman empirik, pengujian atau hasil analisis ilmiah yang lazim disebut perkiraan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkiraan yang dibuat selalu menuntut pengamatan terhadap fakta. Jadi, dasarnya adalah fakta. Kata-kata yang lazim digunakan dalam perkiraan :

Memperkirakan/diperkirakan,                          anggapan

Ditaksir,                                                           dapat diproyeksikan,

Sangat mungkin,                                              mungkin,

Boleh jadi,                                                       diduga akan,

Contoh :

(15) Sumitro Djojohadikusumo ( 1997 ) menyatakan bahwa dengan memperhitungkan penurunan kesuburan sebesar 23% penduduk indonesia ditaksir akan berjumlah sekitar 250 juta pada tahun 2000 nanti. Perkiraan tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Jumlah penduduk 2004 ini baru berjumlah lebih-kurang 206 juta. Perkiraan penurunan kesuburan tersebut diduga lebih besar dari perkiraan 23% pada 1997.

5. KESIMPULAN

Data yang dianalisis berdasarkan fakta. Hasil analisis dinterpretasikan menjadi simpulan yang dapat berupa:

  1. Implikasi, yaitu simpulan yang bersifat melibat data artinya dalam kesimpulan itu terkandung hasil analisis data.
  2. Interferensi diambil berdasarkan analisis yang bersumber pada referensi atau rujukan yang datanya tidak dapat  diamati secara langsung  dan tidak terkait langsung dengan kalimat simpulan
  3. Tindakan, yaitu simpulan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari suatu kajian.

newbie

still study

harap maklum


Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can alway preview any post or edit you before you share it to the world.